Kanker
Serviks
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker
serviks atau kanker leher rahim adalah jenis penyakit kanker yang terjadi pada
daerah leher rahim. Yaitu, bagian rahim yang terletak di bawah, yang membuka ke
arah liang vagina. Berawal dari leher rahim, apabila telah memasuki tahap
lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh.
Kanker
serviks mungkin merupakan yang terpenting di antara penyakit-penyakit alat
kandungan lainnya, disebabkan oleh karena frekuensinya yang tinggi
dan akibatnya terhadap penderita. Mamma ca lebih tinggi frekuensinya,
tetapi cervix ca lebih sering mematikan.
Di
negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan
penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang
wanita meninggal dunia akibat kanker serviks.
Badan
Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, saat ini penyakit kanker serviks menempati
peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian
pada perempuan di dunia. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari
15.000 kasus kanker serviks, dan kira-kira sebanyak 8000 kasus di antaranya
berakhir dengan kematian. Menurut WHO, Indonesia merupakan negara dengan jumlah
penderita kanker serviks yang tertinggi di dunia.
Kejadiannya
hampir 27% di antara penyakit kanker di Indonesia. Namun demikian lebih dari
70% penderita datang memeriksakan diri dalam stadium lanjut, sehingga banyak
menyebabkan kematian karena terlambat ditemukan dan diobati.
Leher rahim
adalah bagian bawah rahim yang menonjol ke dalam kelamin wanita. Di tempat ini
sering terjadi kanker yang disebut kanker serviks. Kanker serviks pada stadium
dini sering tidak menunjukkan gejala atau tanda-tandanya yang khas, bahkan
tidak ada gejala sama sekali.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa penyebab kanker serviks ?
2. Apa saja tanda dan gejala kanker serviks?
3. Bagaimana mencegah kanker serviks ?
4. Bagaimana mengobati kanker serviks ?
1.3 Tujuan
Masalah
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan mahasiswa tentang hal – hal apa saja yang perlu dipahami mengenai
kanker serviks
dan memberikan gambaran yang jelas mengenai penyakit kanker
serviks, serta lain-lain yang bisa berdampak positif bagi penulis dan para
pembaca yang
utamanya ditujukan untuk para kaum
wanita di Indonesia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa
mampu mengetahui penyebab kanker serviks.
2. Mahasiswa
mampu mengetahui tanda dan gejala
kanker serviks.
3. Mahasiswa mampu mengetahui cara-cara pencegahan
kanker serviks.
4. Mahasiswa
mampu mengetahui pengobatan dari kanker
serviks.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
·
Dapat
menambah wawasan pembaca mengenai hal
apa saja yang perlu dipahami mengenai kanker serviks
·
Dapat
mengetahui gambaran yang jelas mengenai
penyakit kanker serviks
·
Mampu mengetahui penerapan dalam
pencegahan kanker serviks khususnya pada mahasiswa keperawatan
BAB II
TINJAUAN MATERI
2.1 Anatomi Serviks
Anatomi Uterus
|
Ostium
Uteri Eksternum
·
Bagian ektoserviks yang membuka
keluar
·
Belum pernah melahirkan → bukaan
kecil dan sirkuler
·
Pernah melahirkan → menyerupai
celah lebar, sedikit menganga
Kanalis
Endoservikalis
·
Saluran yang menghubungkan ostium
uteri eksternum dan kavum uteri
·
Bentuknya pipih dan lebarnya dapat
mencapai 7 -8 mm
·
Konfigurasinya kompleks berupa
lipatan-lipatan mukosa atau plika
Ostium Uteri
Internum
·
Kanalis endoservikalis berujung pada
ostium uteri internum
·
Merupakan bukaan dari serviks ke
kavum uteri
·
Sambungan anatomik dan histologik
antara uterus yang lebih muskuler dan serviks yang lebih padat dan fibrous
2.2 Kanker Serviks
2.2.1
Definisi Penyakit
Kanker serviks
adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim atau biasa juga
disebut kanker leher rahim. Yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim. Letaknya antara rahim (uterus) dengan
liang senggama wanita (vagina). Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human
papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi
pada leher rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar
ke organ-organ lain di seluruh tubuh penderita.
Kanker serviks terbentuk sangat
perlahan. Pertama, beberapa sel berubah dari normal menjadi sel-sel pra-kanker
dan kemudian menjadi sel kanker. Ini dapat terjadi bertahun-tahun, tapi
kadang-kadang terjadi lebih cepat. Perubahan ini sering disebut displasia.
Mereka dapat ditemukan dengan tes Pap Smear dan dapat diobati untuk mencegah
terjadinya kanker.
2.2.2
Etiologi Kanker Serviks
Penyebab utama
kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV atau virus papiloma
manusia). Sekitar 70% kejadian kanker serviks merupakan akibat dari HPV 16 dan
HPV 18. Awalnya sel kanker berkembang dari serviks / mulut rahim yang letaknya
berada di bawah rahim dan di atas vagina. Oleh sebab itu kanker serviks disebut
juga kanker leher rahim atau kanker mulut rahim. Di mulut rahim ada dua jenis
sel, yaitu sel kolumnar dan sel skuamosa. Sel skuamus ini sangat berperan dalam
perkembangan kanker serviks. Lihat gambar di bawah untuk mendapat gambaran
tentang stadium kanker serviks:
2.2.3
Faktor
Resiko Kanker Serviks
1.
Coitus pertama (coitarche) pada usia di bawah 16 tahun
Pada umur 12-20 tahun, organ reproduksi
wanita sedang aktif berkembang. Idealnya, ketika sel sedang membelah secara
aktif, tidak terjadi kontak atau rangsangan apa pun dari luar. Kontak atau
rangsangan dari luar, seperti penis atau sperma, dapat memicu perubahan sifat
sel menjadi tidak normal. Sel yang tidak normal ini kemungkinan besar bertambah
banyak kalau ada luka saat terjadi hubungan seksual. Sel abnormal inilah yang
berpotensi tinggi menyebabkan kanker mulut rahim.
Hubungan seksual pada usia terlalu dini
bisa meningkatkan risiko terserang kanker leher rahim sebesar 2 kali
dibandingkan perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun.
2.
Laki-laki yang belum disunat (sirkumsisi)
Ini disebabkan karena laki-laki yang
tidak disunat kebersihan penisnya tidak terawat karena ada kumpulan-kumplan
smegma.
3.
Terlalu sering menggunakan pembersih vagina
Tidak semua bakteri merugikan. Ada juga bakteri dalam
vagina yang berfungsi membunuh bakteri yang merugikan tubuh. Jika terlalu
sering menggunakan sabun pembersih vagina, bakteri baik pun akan mati. Selain
itu sabun vagina juga dapat menyebabkan iritasi. Kulit pada mulut rahim sangat
tipis sehingga iritasi yang timbul dapat memicu abnormalitas sel. Kondisi ini
rentan memicu kanker mulut rahim.
4.
Kebiasaan merokok
Sel-sel mulut rahim yang teracuni oleh nikotin dalam
darah juga memiliki kecenderungan mempengaruhi selaput lendir pada tubuh,
termasuk selaput lendir mulut rahim yang dapat memicu abnormalitas sel pada
mulut rahim. Resiko kanker mulut rahim lebih tinggi pada wanita perokok.
Ada banyak penelitian yang menyatakan hubungan antara
kebiasaan merokok dengan meningkatnya risiko seseorang terjangkit penyakit
kanker serviks. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan di Karolinska
Institute di Swedia dan dipublikasikan di British Journal of Cancer pada tahun
2001. Menurut Joakam Dillner, M.D., peneliti yang memimpin riset tersebut, zat
nikotin serta “racun” lain yang masuk ke dalam darah melalui asap rokok mampu
meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi cervical neoplasia atau tumbuhnya
sel-sel abnormal pada rahim. “Cervical neoplasia adalah kondisi awal
berkembangnya kanker serviks di dalam tubuh seseorang,” ujarnya.
5.
Aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan
(promiskuitas)
Berdasarkan penelitian, resiko kanker serviks
meningkat lebih dari 10 kali sempurna bila berhubungan dengan 6 atau lebih
mitra seks, atau bila berhubungan seks pertama di bawah 15 tahun. Resiko juga
meningkat bila berhubungan seks dengan laki-laki yang beresiko tinggi
(laki-laki yang berhubungan seks dengan banyak wanita), atau laki-laki dengna
kondiloma akuminatum (penyakit ‘jengger ayam’) di penisnya.
6.
Trauma kronis pada serviks
Insidensi meningkat dengan tingginya paritas, apalagi
bila jarak persalinan terlampau dekat. Trauma ini terjadi karena
persalinan berulang kali (banyak anak), adanya infeksi dan iritasi menahun.
7.
Defisiensi zat gizi
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang
rendah konsumsi beta karoten dan vitamin (A, C, dan E) memiliki resiko tinggi
terkena kanker serviks.
8.
Jarang ditemukan pada perawan (virgin).
Insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin daripada yang tidak kawin.
9.
Higiene genitalia yang buruk.
10. Infeksi HIV
Seorang
wanita yang terjangkit HIV memiliki sistem kekebalan tubuh yang kurang dapat
memerangi Infeksi HPV maupun kanker pada stadiun awal.
11. Infeksi
bakteri klamidia
Beberapa
penelitian menemukan bahwa wanita yang memiliki sejarah atau infeksi klamidia
saat ini, memiliki resiko kanker serviks lebih tinggi.
12. Pil KB
Penggunaan
pil KB dalam jangka panjang dapat menikatkan resiko terjadinya kanker serviks.
13. Riwayat
Keluarga
Apabila ibu
atau kakak perempuan anda menderita kanker serviks, resiko anda terkena kanker
ini mencapai dua atau tiga kali lipat dibandingkan orang yang tidak ada riwayat
kanker serviks pada keluarga.
Seperti
layaknya kanker, jenis kanker juga mengalami penyebaran (metastasis).
Penyebaran kankerserviks ada tiga macam, yaitu :
a) Melalui
Pembuluh Limfe (limfogen) Menuju kelenjar getah bening lainya.
b) Melalui
Pembuluh darah (hematogen).
c) Penyebaran
langsung ke parametrium, korpus uterus, vagina, kandung kencing.
2.2.4
Patofisiologi Kanker Serviks
Karsinoma
serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel, berubah
menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10 tahun atau
lebih. Secara histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang melalui
beberapa stadium displasia (ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma insitu
dan akhirnya invasif. Berdasarkan karsinogenesis umum, proses perubahan menjadi
kanker diakibatkan oleh adanya mutasi gen pengendali siklus sel. Gen pengendali
tersebut adalah onkogen, tumor supresor gene, dan repair genes. Onkogen dan
tumor supresor gen mempunyai efek yang berlawanan dalam karsinogenesis, dimana
onkogen memperantarai timbulnya transformasi maligna, sedangkan tumor supresor
gen akan menghambat perkembangan tumor yang diatur oleh gen yang terlibat dalam
pertumbuhan sel. Meskipun kanker invasive berkembang melalui perubahan
intraepitel, tidak semua perubahan ini progres menjadi invasif. Lesi preinvasif
akan mengalami regresi secara spontan sebanyak 3 -35%.
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang
tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS)
berkisar antara 1–7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma
insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun. Proses perkembangan kanker serviks
berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan
menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi
epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksivirus
atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7–10 tahun
perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada
stroma serviks dengan adanya proses keganasan.
Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang
eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke
forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke
rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan
serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain
mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki,
menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga
terjadi keganasan. Berbagai jenis protein diekspresikan oleh HPV yang pada
dasarnya merupakan pendukung siklus hidup alami virus tersebut. Protein
tersebut adalah E1, E2, E4, E5, E6, dan E7 yang merupakan segmen open reading
frame (ORF).
Di tingkat seluler, infeksi HPV pada fase laten bersifat epigenetic. Pada
infeksi fase laten, terjadi terjadi ekspresi E1 dan E2 yang menstimulus
ekspresi terutama terutama L1 selain L2 yang berfungsi pada replikasi dan
perakitan virus baru. Virus baru tersebut menginfeksi kembali sel epitel
serviks. Di samping itu, pada infeksi fase laten ini muncul reaksi imun tipe
lambat dengan terbentuknya antibodi E1 dan E2 yang mengakibatkan penurunan
ekspresi E1 dan E2. Penurunan ekspresi E1 dan E2 dan jumlah HPV lebih dari ±
50.000 virion per sel dapat mendorong terjadinya integrasi antara DNA virus
dengan DNA sel penjamu untuk kemudian infeksi HPV memasuki fase aktif
(Djoerban, 2000). Ekspresi E1 dan E2 rendah hilang pada pos integrasi ini
menstimulus ekspresi onkoprotein E6 dan E7. Selain itu, dalam karsinogenesis
kanker serviks terinfeksi HPV, protein 53 (p53) sebagai supresor tumor diduga
paling banyak berperan.
Fungsi p53 wild type sebagai negative control cell cycle dan guardian of
genom mengalami degradasi karena membentuk kompleks p53-E6 atau mutasi p53.
Kompleks p53-E6 dan p53 mutan adalah stabil, sedangkan p53 wild type adalah
labil dan hanya bertahan 20-30 menit.
Apabila terjadi degradasi fungsi p53 maka proses karsinogenesis berjalan
tanpa kontrol oleh p53. Oleh karena itu, p53 juga dapat dipakai sebagai
indikator prognosis molekuler untuk menilai baik perkembangan lesi pre-kanker
maupun keberhasilan terapi kanker serviks (Kaufman et al, 2000).
Dengan demikian dapatlah diasumsikan bahwa pada kanker serviks terinfeksi
HPVterjadi peningkatan kompleks p53-E6. Dengan pernyataan lain, terjadi
penurunan p53 pada kanker serviks terinfeksi HPV. Dan, seharusnya p53 dapat
dipakai indikator molekuler untuk menentukan prognosis kanker serviks. Bila
pembuluh limfe terkena invasi, kanker dapat menyebar ke pembuluh getah bening
pada servikal dan parametria, kelenjar getah bening obtupator, iliaka eksterna
dan kelenjar getah bening hipogastrika. Dari sini tumor menyebar ke kelenjar
getah bening iliaka komunis dan pada aorta. Secara hematogen, tempat penyebaran
terutama adalah paru-paru, kelenjar getah bening mediastinum dan
supravesikuler, tulang, hepar, empedu, pankreas dan otak.
2.2.5 Gejala dan
Tanda Penyakit
1. Keputihan
Keputihan merupakan gejala yang sering ditemukan. Getah yang keluar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2. Pendarahan
Akan terjadi bila sel-sel rahim telah berubah sifat menjadi kanker dan
menyerang jaringan-jaringan di sekitarnya.
3. Pendarahan hebat diluar siklus
menstruasi, dan setelah berhubungan seks
Sifatnya bisa intermenstruil, atau perdarahan kontak. Perdarahan kontak
adalah perdarahan yang dialami setelah berhubungan seksual. Perdarahan yang
timbul akibat terbukanya pembuluh darah makin lama akan lebih sering terjadi,
juga di luar sanggama. Perdarahan ini merupakan gejala karsinoma serviks
(75-80%).
4. Rasa nyeri saat berkemih
Ini disebabkan karena terjadinya kerentanan pada vesika urinaria (bladder
irritabillty) dan perangsangan rectum (rectal discomfort). Kemudian bisa timbul
fistel vesico vaginal atau recto vaginal. Ureter bisa tersumbat dan penderita
meninggal karena uremia.
5. Siklus menstruasi tidak teratur.
6. Nyeri selama berhubungan seks.
7. Nyeri sekitar panggul.
8. Pendarahan pada masa pra atau
paska menopause.
9. Bila kanker sudah mencapai stadium
tinggi, akan terjadi pembengkakan diberbagai anggota tubuh seperti betis, paha,
tangan dsb.
10. Penurunan berat badan drastis.
11. Pada
stadium lanjut: kurang nafsu makan, sakit punggung atau tidak bisa berdiri
tegak, sakit di otot bagian paha, salah satu paha bengkak, berat badan
naik-turun, tidak dapat buang air kecil, bocornya urin / air seni dari vagina,
pendarahan spontan setelah masa menopause, tulang yang rapuh dan nyeri panggul.
2.2.6 Cara Mendeteksi Kanker Serviks
Cara mendeteksi
bahwa seorang wanita terinfeksi HPV yang menyebabkan kanker serviks, memang
tidak terlihat dan tidak mudah diamati. Cara paling mudah untuk mengetahuinya
dengan melakukan pemeriksaan sitologis leher rahim. Pemeriksaan ini saat ini
populer dengan nama Pap smear atau Papanicolaou smear yang
diambil dari nama dokter Yunani yang menemukan metode ini yaitu George N.
Papanicolaou. Namun, ada juga berbagai metode lainnya untuk deteksi dini
terhadap infeksi HPV dan kanker serviks seperti berikut:
·
IVA
IVA yaitu
singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat . Metode pemeriksaan dengan
mengoles serviks atau
leher rahim dengan asam asetat 3-5%, Kemudian
diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada
perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Anda dapat
melakukan di Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya
untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi
lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan. IVA ini tergolong
sederhana serta memiliki keakuratan 90%.
·
Pap smear
Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter
menggunakan pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim. Kemudian sel-sel tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat
menyingkapkan apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Menurut
laporan sedunia, dengan secara teratur melakukan tes Pap smear telah mengurangi
jumlah kematian akibat kanker serviks.
Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak
sakit serta bisa dilakukan setiap saat kecuali pada masa haid. Dua hari sebelum
dilakukan pemeriksaan pap smear jangan menggunakan obat-obatan yang dimasukan
vagina. Bila hasil pemeriksaan pap smear ditemukan adanya sel-sel epitel
serviks yang bentuknya abnormal harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Syarat pasien Pap Smear yaitu:
1. Saat wanita berusia di atas 20
tahun yang telah menikah atau sudah melakukan senggama, dianjurkan sekali
setahun secara teratur seumur hidup.
2. Bila pemeriksaan tahunan tiga kali
berturut-turut hasilnya normal, pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan setiap
3 tahun.
3. Tidak melakukan hubungan seksual
dalam 3 hari sebelum pemeriksaan.
4. Tidak sedang haid.
5. Tidak sedang hamil.
·
Thin prep
Metode Thin prep lebih
akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya mengambil sebagian dari
sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan memeriksa seluruh
bagian serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih akurat dan
tepat.
·
Kolposkopi
Kolposkop adalah suatu alat semacam mikroskop
binocular yang mempergunakan sinar yang kuat dengan pembesaran tinggi. Jika
semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau
kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang
dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya
untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks
atau leher rahim.
Cara pemeriksaan kolposkopi adalah sebagai berikut :
dokter akan memasukkan suatu cairan kedalam vagina dan memberi warna saluran
leher rahim dengan suatu cairan yang membuat permukaan leher rahim yang
mengandung sel-sel yang abnormal terwarnai. Kemudian dokter akan melihat
kedalam saluran leher rahim melalui sebuah alat yang disebut kolposkop. Jika area
yang abnormal sudah terlokalisasi, dokter akan mengambil sampel pada jaringan tersebut
(melakukan biopsi) untuk kemudian dikirim ke lab guna pemeriksaan yang
mendetail dan akurat. Selama prosedur biopsi, dokter mengambil sample dari sel
abnormal dari serviks dengan menggunakan alat khusus. Pada punch out biopsy,
dokter menggunakan pisau sirkuler khusus untuk mengambil sebagian kecil dari
serviks. Biopsi jenis lainnya dapat digunakan tergantung dari lokasi dan ukuran
dari area yang abnormal. Pengobatan
akan sangat tergantung sekali pada hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter
melalui metode ini.
2.2.7
Patologi Stadium Kanker serviks
Setelah tes dilakukan, dokter akan
menggunakan hasil pemeriksaan diatas untuk mengetahui ukuran tumor, seberapa
dalam tumor telah serta kemungkinan penyebaran kanker serviks ke kelenjar getah
bening atau organ yang jauh (metastasis). Penentuan
stadium pada pasien kanker serviks sangat penting. Hal ini berkaitan dengan
jenis pengobatan dan prospek pemulihan yang akan dilakukan. Stadium kanker
serviks sebagai berikut :
No
|
Stadium
|
Keterangan
|
|
1
|
Stadium 0 (Carsinoma in Situ)
|
Sel-sel kanker
serviks hanya ditemukan di lapisan terdalam leher rahim
|
|
2
|
Stadium I
|
kanker ditemukan pada leher rahim saja.
|
|
3
|
Stadium II
|
kanker telah menyebar
di luar leher rahim tetapi tidak ke dinding panggul atau sepertiga bagian bawah vagina.
|
|
4
|
Stadium III
|
kanker serviks telah
menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina, mungkin
telah menyebar ke dinding panggul, dan/atau telah menyebabkan ginjal tidak berfungsi
|
|
5
|
Stadium IV
|
kanker
serviks telah menyebar ke kandung kemih, rektum,
atau bagian lain dari tubuh (paru-paru,
tulang, liver, dll)
|
|
Gambar seseorang yang terkena kanker serviks
2.2.8 Komplikasi
Penanganan untuk kanker
serviks invasive biasanya membuat seseorang tidak bisa hamil. Pada beberapa
wanita – terutama wanita yang lebih muda dan yang belum memulai keluarga-
infertilitas merupakan efek samping yang paling tidak disukai dari
penatalaksanaan. Jika pasien mengkhawatirkan tentang kemampuannya untuk dapat
hamil, maka dokter perlu memberikan penjelasan tentang untung rugi dari
penatalaksanaan tersebut dengan jelas.
Untuk
beberapa kelompok wanita dengan kanker serviks dini, operasi aman-dari
fertilitas merupakan pilihan yang tepat. Prosedur operasi ini yaitu hanya dengan
memindahkan serviks dan jaringan limfatik (radikal trachelectomy) dapat
mempertahankan uterus. Penelitian mengenai radical trachlectomy mengatakan
bahwa kanker serviks dapat ditangani dengan teknik ini, walaupun tidak semua
wanita cocok dan beberapa resiko tambahan pada operasi ini. Kehamilan mungkin
dapat terjadi namun terjadi peningkatan resiko yang bermakna terhadap insiden
kelahiran premature dan keguguran.
2.2.9 Cara Mencegah Kanker Serviks
Kanker Serviks
dapat dicegah, yaitu dengan cara vaksinasi yang diberikan pada remaja putri dan
perempuan dewasa. Vaksin ini diresmikan hak ciptanya pada tahun 2006,
pengembangnya adalah sebuah perusahaan obat terbesar dunia yang berada di
Amerika Serikat (Merck & Co., Inc.). Vaksin ini diberi nama "Gardasil". Vaksin tersebut,
menurut WHO, juga efektif mencegah infeksi HPV tipe 6 dan 11 yang menyebabkan
hampir 90% dari semua jenis kanker leher rahim.
Pengenalan
vaksin pencegah kanker serviks dan upaya untuk mendekatkan akses vaksin bagi
masyarakat di diseluruh wilayah Indonesia diharapkan dapat menurunkan
prevalensi kanker leher rahim serta meminimalkan fatalitas akibat serangan
kanker tersebut. Ada beberapa cara praktis yang dapat dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari untuk mencegah Kanker Serviks antara lain:
ü Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk
merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena,
vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko terkena kanker
leher rahim.
ü Hindari
merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat meningkatkan risiko
terkena kanker serviks.
ü Hindari seks
sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
ü Hindari
berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah dan
menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
ü Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
ü Secara rutin menjalani tes Pap
smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear bahkan
sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
ü Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari Pap smear. Tujuannya
untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
ü Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
ü Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini dapat dilakukan
sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya
untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit.
2.2.10 Cara Mengobati Kanker Serviks
Beberapa
pengobatan bertujuan mematikan sel-sel yang mengandung virus HPV. Berikut
adalah cara-cara pengobatan pada pasien kanker serviks:
A.
Operasi
Ada beberapa
jenis operasi untuk pengobatan kanker serviks. Beberapa pengobatan melibatkan
pengangkatan rahim (histerektomi). Daftar ini mencangkup beberapa jenis opersi
yang paling umum di lakukan pada pengobatan kanker serviks.
1. Cryosurgery
Sebuah probe
metal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan kedalam Vagina dan leher
rahim. Cara ini dapat membunuh sel-sel abnormal dengan cara membekukanya.
Cryosurgery digunakan untuk mengobati kanker serviks yang hanya ada di dalam
leher rahim (stadium 0), bukan kanker invasif yang telah menyebar keluar leher
rahim.
2. Bedah Laser
Cara ini
menggunakan sebuah sinar laser untuk membakar sel-sel atau menghapus sebagian
kecil jaringan sel rahim untuk dipelajari. Pembedahan laser hanya di gunakan
sebagai pengobatan kanker serviks pra-invasif (stadium 0).
3. Konisasi
Sepotong
jaringan berbentuk kerucut akan di angkat dari leher rahim. Pemotongan
dilakukan menggunakan pisau bedah, laser atau kawat tipis yang di panaskan oleh
listrik. Pendekatan ini dapat digunakan untuk menemukan atau mengobati kanker
serviks tahap awal(stadium 0 atau 1).
4. Histerektomi
Histerektomi
sederhana
Cara kerja
metode ini adalah mengankat rahim, tetapi tidak mencangkup jaringan yang berada
didekatnya. Vagina maupun kelenjar getah bening panggul tidak diangkat. Rahim
dapat diangkat dengan cara operasi dibagian depan perut atau melalui vagina.
Setelah
dilakukan operasi ini, seorang wanita tidak bisa hamil. Histerektomi digunakan
untuk mengobati beberapa kanker serviks stadium awal (stadium 1) dan mengobati
kanker stadium prakanker (stadium 0) jika sel-sel kanker ditemukan pada batas
tepi konisasi. Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul
Pada operasi
ini, dokter bedah akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di dekatnya, Vagina
bagian atas yang berbatasan dengan leher rahim, dan beberapa kelenjar getah
bening yang berada di daerah panggul. Opersi ini paling sering di lakukan
melalui pemotongan bagian depan perut, bukan dilakukan melalui vagina.
5. Trachlektomi
Sebuah
prosedur yang disebut trachlektomi radikal memungkinkan wanita muda dengan
kanker stadium awal dapat di obati dan masih dapat mempunyai anak. Metode ini
meliputi pengangkatan serviks dan bagian atas Vagina, kemudian meletkkanya pada
jahitan berbentuk kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim didalam
rahim. Kelenjar getah bening didekatnya juga di angkat. Opersi ini bisa
dilakukan melalui vagina atau perut. Setelah operasi ini, beberapa wanita dapat
mengalami kehamilan jangka panjang dan melahirkan bayi yang sehat melalui
operasi caecar. Resiko terjadinya kekambuhan kanker sesudah pengobatn ini cukup
rendah.
6. Ekstenterasi Panggul
Selain
mengambil semua organ dan jaringan vagina dan perut, pada opersi jenis ini juga
dilakukan pengangkatan kandung kemih, vagina, dubur, dan sebagian usus besar.
Operasi ini dilakukan saat kanker serviks kambuh kembali setelah pengobatan
sebelumnya. Diperlukan waktu enam bualan atau lebih untuk pulih dari opersi
radikal ini. Namun, wanita yang pernah menjalni opersi ini tetap dapat
menjalani kehidupan dengan bahagia dan produktif
B.
Radioterapi
Pada
pengobatan kanker serviks, radioterpi ditetapkan dengan melakukan radiasi
eksternal yang diberikan bersama dengan kemoterpi dosis rendah. Untuk jenis
pengobatan radiasi internal, zat radioaktif dimasukkan kedalam silinder didalam
vagina. Kadang-kadang, bahan-bahan radioaktif ini ditempatkan kedalam jarum
tipis yang dimasukkan langsung kadalam tumor.
C.
Kemoterapi
Kemoterapi
adalah penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Biasanya
obat-obatan tersebut di berikan melalui infus kedalam pembuluh darah atu
melalui mulut. Setelah obat masuk kealiran darah, maka akan menyebar keseluruh
tubuh. Terkadang, ada beberapa obat yang diberikan dalam satu waktu.
Pengobatan Kanker Serviks Berdasarkan Stadiumnya
a. Stadium prakanker (stadium 1)
Stadium
prakanker hingga stadium 1 awal biasanya diobati dengan histerektomi. Apabila
pasien massih ingin memiliki anak biasanya dilakukan metode LEEP atau cone
biopsy.
b. Stadium awal (stadium 1 dan II)
·
Apabila ukuran tumor kurang dari 4
cm biasanya dilakukan radikal histerektomi atau radioterapi dengan atau tampa
kometerapi.
·
Apabila ukuran tumor lebih dari 4 cm
biasanya dilakukan radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi,
atau kometerapi berbasis cisplatin yang dilanjutkan dengan histerektomi.
c. Stadium lanjut(stadium akhir II
Akhir-IV awal)
Kanker
serviks pada stadium ini dapat diobati dengan radioterapi dan kometerapi
berbasis cisplatin. Pada stadium sangat lanjut(stadium IV akhir),dokter dapat
mempertimbangkan kometerapi dengan kombinasi obat, misalnya hycamtin dan
cisplatin.
Jika
kesembuhan tidak dimungkinkan, tujuan pengobatan selanjutnya adalah mengangkat
atau menghanjurkan sebanyak mungkin sel-sel kanker. Biasanyaa dilakukan
pengobatan yang bersifat paliatif-ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala.
2.2.11 Peran Perawat dalam Pencegahan Penyakit
a. Perawat mampu memberikan penyuluhan tentang bahaya kanker serviks kepada perempuan
yang memasuki usia produktif.
b. Perawat mampu memberikan penyuluhan tentang upaya pencegahan kanker serviks.
c. Perawat mampu memberikan penyuluhan tentang deteksi dini kanker serviks.
d. Perawat mampu melaksanakan pemeriksaan Pap Smear dan IVA test guna untuk skrinning
ca cerviks.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker serviks menyerang daerah leher rahim atau serviks yang disebabkan infeksi
virus HPV (human papillomavirus) yang
tidak sembuh dalam waktu lama. Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi HPV
akan mengganas dan bisa menyebabkan terjadinya kanker serviks. Gejalanya tidak
terlalu kelihatan pada stadium dini, itulah sebabnya kanker serviks yang
dimulai dari infeksi HPV dianggap sebagai "The Silent Killer".
Buruknya gaya
hidup seseorang dapat menjadi penunjang meningkatnya jumlah penderita kanker
ini. Kebiasaan merokok, kurang
mengkonsumsi vitamin C, vitamin E dan
asam folat dapat menjadi penyebabnya. Jika mengkonsumsi makanan bergizi akan
membuat daya tahan tubuh meningkat dan dapat mengusir virus HPV.
Risiko
menderita kanker serviks adalah wanita yang aktif berhubungan seks sejak usia
sangat dini, yang sering berganti pasangan seks, atau yang berhubungan seks
dengan pria yang suka berganti pasangan. Faktor penyebab lainnya adalah
menggunakan pil KB dalam jangka waktu lama atau berasal dari keluarga yang
memiliki riwayat penyakit kanker.
3.2 Saran
Untuk mencegah terjangkitnya
kanker serviks maka sebaiknya kita:
·
Menghindari merokok, ini menunjukkan
penggunaan tembakau dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
·
Menghindari seks sebelum menikah atau di usia sangat
muda atau belasan tahun.
·
Menghindari berhubungan seks selama masa haid terbukti
efektif untuk mencegah dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker
serviks.
·
Menghindari
berhubungan seks dengan banyak partner.
·
Menjalani
tes Pap smear secara
teratur.
·
Pemberian
vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
1981. Ginekologi. Bandung: Elfstar Offset.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Price, Sylvia Anderson, Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Marwah. 2012. Perawatan V.B
Kanker Serviks. http://marwahalwi.blogspot.com/2012/02/maklah-kanker-serviks.html diakses pada tanggal 24 April 2014 pukul 21.11 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar