Sabtu, 28 November 2015

Harga Diri Rendah



LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

1.      Masalah: Harga diri rendah
2.      Proses terjadinya masalah
A.    Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri , merasa gagal karena karena tidak mampu mencapai keinginansesuai ideal diri (keliat. 2001).
Menurut Schult & videbeck (1998) gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.

B.     Etiologi
1.      Faktor Predisposisi
a)       Faktor Perkembangan.
Setiap tahap tumbuh kembang mempunyai tugas yang harus dilalui dengan sukses. Karena apabila tugas perkembangan tersebut tidak di penuhi maka akan mengganggu atau menghambat perkembangan selanjutnya. (Keliat,BA. 2002)
b)      Faktor Biologis
faktor genetik dapat menunjang terhadap kerusakan interaksi sosial menarik diri. Adanya kelainan-kelainan seperti retardasi mental dianggap membatasi kapasitas adaptif seorang individu secara umum. (Townsend, 1998).
c)      Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan yang diakibatkan oleh karena norma yang tidak mendukung. Pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia, orang cacat, dan orang yang berpenyakit kronis. Isolasi sosial dapat terjadi karena mengadopsi norma, prilaku dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap hubungan juga termasuk faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini (Stuart & Sunden, 1998 )
2.      Faktor presipitasi
a. Stressor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam berhubungan, misalnya keluarga yang labil, dirawat di RS.
b. Stresor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan (menarik diri)

3.      Pohon Masalah









 
                             

C.     Tanda dan Gejala
Menurut Keliat (1999) tanda dan gejala yang dapat muncul pada pasien harga diri rendah adalah :
a.       Perasaan malu terhadap diri sendiri, individu mempunyai perasaan kurang percaya diri.
b.      Rasa bersalah terhadaap diri sendiri, individu yang selalu gagaal dalaam meraih sesuatu.
c.       Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada dibawah orang lain.
d.      Gangguan berhubungan social seperti menarik diri, lebih suka menyendiri dan tidak ingin bertemu orang lain.
e.       Rasa percaya diri kurang , merasa tidak percaya dengan kemampuan yang dimiliki.
f.       Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu-ragu dalam memilih sesuatu.
g.      Menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram sehingga memungkinkan untuk mengakhiri kehidupan.
h.      Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.
i.        Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.
j.        Ketegangan peran yang dirasakan.
k.      Pandangan hidup pesimis.
l.        Keluhan fisik
m.    Penolakan terhadap kemampuan personal
n.      Destruktif terhadap diri sendiri
o.      Menarik diri secara social
p.      Penyalahgunaan zat
q.      Menarik diri dari realitas
r.        Khawatir
Selain tanda dan gejala tersebut, penampilan seseorang dengan harga diri rendah juga tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun,tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara lemah.
D.    Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha untuk mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping yang sering digunakan pada klien menarik diri adalah regresi, represi, dan isolasi.

E.     Rentang Respon Menarik Diri

 

Respon Adaptif                                                                             Respon Maladaptif


 


- Menyendiri                          - Merasa sendiri        - Manipulasi
- Otonomi                                  (Loneliness)          - Impulsif
- Bekerjasama                        - Menarik diri            - Noreissism
- Saling tergantung                - Tergantung

F.      Akibat  
1.      Resiko perubahan sesnsori persepsi : Halusinasi
2.      Kerusakan interaksi sosial : Menarik diri







4. Data yang perlu di kaji
1.      Resiko perubahan sesnsori persepsi : Halusinasi....
DS  : -
DO : -  Klien berbicara sendiri
                         - Klien diam dan duduk menyendiri saat teman-teman yang lain sedang  
                           berkumpul
2.  Kerusakan interaksi sosial : Menarik diri
DS :   -  Klien mengatakan tidak suka bergaul dengan orang lain
-          Klien mengatakan malas berbicara dengan teman-temannya dan lebih enak menyendiri
DO:  -  Klien duduk menyendiri
-    Klien tidak kenal dengan nama teman satu ruangan
-    Klien bicara dengan nada pelan dan lambat, wajah klien menunduk saat berbicara dan kontak mata kurang / tidak ada
3.      Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
DS :    - Klien mengatakan dirinya sudah tidak berguna lagi
DO :  -  Ekspresi wajah klien kelihatan murung
-    Klien jarang berbicara / berinteraksi dengan teman / perawat ruangan
-    Klien tampak malas untuk mengerjakan sesuatu












5. Diagnosa Keperawatan
1.      Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2.      Resiko perubahan persepsi sensori: Halusinasi berhubungan dengan menarik  diri.

6. Rencana Keperawatan
Diagnosa 1: Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
a.       Tujuan Umum: Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
b.      Tujuan Khusus:
1.          Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
1.1   Menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, pasien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi :
1.1. Bina hubungan saling percaya de-ngan mengung-kapkan prinsip ko-munikasi terapeu-tik.
2.          Pasien dapat mengidentifi-kasi kemam-puan dan aspek positif yang dimiliki
Intervensi :
2.1. Diskusikan ke-mampuan dan as-pek positif yang dimiliki pasien.
2.2. Setiap bertemu pasien dihindarkan dari memberi pe-nilaian negatif.
2.3. Utamakan mem-beri pujian yang realistic
3.          Pasien dapat menilai ke-mampuan yang diguna-kan.
Intervensi :
3.1.  Diskusikan de-ngan pasien ke-mampuan yang masih dapat di-gunakan selama sakit.
3.2.  Diskusikan ke-mampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan.


4.      Pasien dapat menetap-kan meren-canakan ke-giatan sesuai dengan ke-mampuan yang dimiliki, pasien dapat membuat rencana ke-giatan hari-an.
Intervensi :
4.1.  Rencanakan ber-sama pasien akti-vitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai ke-mampuan: kegiat-an mandiri, kegiat-an dengan bantu-an sebagian, ke-giatan yang mem-butuhkan bantuan total.
4.2.  Tingkatkan kegi-atan sesuai de-ngan toleransi kondisi pasien
4.3.  Beri contoh cara pelaksanaan kegi-atan yang boleh pasien lakukan.
5.      Pasien dapat melakukan kegiatan se-suai kondisi sakit dan kemampuan-nya.
Intervensi :
5.1.  Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang tela direnca-nakan.
5.2.Beri pujian atas keberhasilan pasi-en
6.      Pasien dapat memanfaat-kan sistem pendukung yang ada, pasien dapat memanfaat-kan sistem pendukung yang ada di keluarga
Intervensi :
6.1.  Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat kli-en dengan harga diri rendah.
6.2.  Bantu keluarga memberikan du-kungan selama pasien di rawat.
6.3.  Bantu keluarga menyiapkan ling-kungan di rumah.

Diagnosa 2: Resiko perubahan persepsi sensori: Halusinasi berhubungan dengan menarik  diri.
Tujuan Umum :Klien dapat berinteraksi dengan orang lain supays tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus:
1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria :
Klien mampu, menunjukan ekpresi menerima/ bersahabat, kontak mata baik, mengatakan masalah yang dihadapi
Intervensi:
1.1.  Bina hubungan saling percaya dengan klien menggunakan prinsop komunikasi terapeutik.
2.      Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri.
Kriteria :
Klien mampu mengungkapkan perasaannya yang menyebabkan menarik diri.
Intervensi :
2.1.  Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda tandanya.
2.2.  Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul.
2.3.  Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta pe-nyebab yang muncul.
2.4.  Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
3.      Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Kriteria :
Klien dapat menyebutkan manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
3.1  Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan sosial dengan orang lain dan kerugian bila yidak berhubungan dengan orang lain.
3.2  Beri kesempatan kepada klien untuk mengung-kapkan perasaan tentang keuntu-ngan berhubungan sosial dengan orang lain.
3.3  Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan so-sial dengan orang lain.
3.4  Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan kemampuan berhubungan dengan orang lain
3.5  Kaji pengetahuan pasien tentang kerugian bila tidak  berhubungan  dengan orang lain.
3.6  Beri kesempatan kepada klien untuk mengung-kapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
3.7  Diskusikan dengan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan  dengan orang lain.
3.8  Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan kemampuan berhubungan dengan orang lain.


DAFTAR PUSTAKA

Keliat, at all. 1998. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta. Egc
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta. Egc
Towsend, Mary C. 1998. diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri. Jakarta. Egc
Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa. Jakarta
Harrol, Kaplan. 1987. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta. Widya Medika
Maramis, WF. 1998. Catatan Ilmu Kedoteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
Stuar, G. W dan Sundeen, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Tim Jiwa Lawang. 2002. Pelatihan Nasional asuhan Keperawatan Profesional Jiwa dan Komunikasi Terapuetik Keperawatan. Malang : Unibraw
Townsend, MC. 1998. Diagnosa Keperawatan. Psikiatri Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 1999. Kumpulan Makalah Keperawatan Jiwa. Tidak di publikasikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar