LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH
1. Masalah:
Harga diri rendah
2. Proses
terjadinya masalah
A. Pengertian
Harga
diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri. Adanya perasaan hilang percaya diri , merasa gagal karena karena tidak
mampu mencapai keinginansesuai ideal diri (keliat. 2001).
Menurut
Schult & videbeck (1998) gangguan harga diri rendah adalah penilaian
negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung.
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a) Faktor Perkembangan.
Setiap tahap
tumbuh kembang mempunyai tugas yang harus dilalui dengan sukses. Karena apabila
tugas perkembangan tersebut tidak di penuhi maka akan mengganggu atau
menghambat perkembangan selanjutnya. (Keliat,BA. 2002)
b) Faktor Biologis
faktor
genetik dapat menunjang terhadap kerusakan interaksi sosial menarik diri.
Adanya kelainan-kelainan seperti retardasi mental dianggap membatasi kapasitas
adaptif seorang individu secara umum. (Townsend, 1998).
c) Faktor Sosial Budaya
Isolasi
sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan yang diakibatkan oleh karena
norma yang tidak mendukung. Pendekatan terhadap orang lain atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia, orang cacat,
dan orang yang berpenyakit kronis. Isolasi sosial dapat terjadi karena
mengadopsi norma, prilaku dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok
mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap hubungan juga termasuk faktor
lain yang berkaitan dengan gangguan ini (Stuart & Sunden, 1998 )
2. Faktor presipitasi
a. Stressor
sosial budaya
Stresor
sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam berhubungan, misalnya
keluarga yang labil, dirawat di RS.
b. Stresor
psikologis
Tingkat
kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang
disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan
menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan (menarik diri)
3.
Pohon Masalah
C.
Tanda dan
Gejala
Menurut
Keliat (1999) tanda dan gejala yang dapat muncul pada pasien harga diri rendah adalah :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri, individu mempunyai perasaan kurang percaya diri.
b. Rasa bersalah terhadaap diri sendiri, individu yang selalu gagaal dalaam
meraih sesuatu.
c. Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada dibawah orang
lain.
d. Gangguan berhubungan social seperti menarik diri, lebih suka menyendiri dan
tidak ingin bertemu orang lain.
e. Rasa percaya diri kurang , merasa tidak percaya dengan kemampuan yang
dimiliki.
f. Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu-ragu dalam memilih
sesuatu.
g. Menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram sehingga memungkinkan untuk mengakhiri kehidupan.
h. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.
i.
Perasaan
negatif mengenai tubuhnya sendiri.
j.
Ketegangan
peran yang dirasakan.
k. Pandangan hidup pesimis.
l.
Keluhan fisik
m.
Penolakan
terhadap kemampuan personal
n.
Destruktif
terhadap diri sendiri
o.
Menarik diri
secara social
p.
Penyalahgunaan
zat
q.
Menarik diri
dari realitas
r.
Khawatir
Selain tanda dan gejala tersebut, penampilan seseorang dengan harga diri
rendah juga tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,
selera makan menurun,tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk,
dan bicara lambat dengan nada suara lemah.
D. Mekanisme
Koping
Mekanisme
koping digunakan klien sebagai usaha untuk mengatasi kecemasan yang merupakan
suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping yang sering
digunakan pada klien menarik diri adalah regresi, represi, dan isolasi.
E. Rentang Respon Menarik Diri
Respon Adaptif
Respon Maladaptif
- Menyendiri -
Merasa sendiri - Manipulasi
- Otonomi (Loneliness) - Impulsif
- Bekerjasama -
Menarik diri - Noreissism
- Saling tergantung -
Tergantung
F. Akibat
1. Resiko perubahan sesnsori persepsi :
Halusinasi
2. Kerusakan interaksi sosial : Menarik
diri
4. Data yang perlu di kaji
1. Resiko perubahan sesnsori persepsi :
Halusinasi....
DS : -
DO : - Klien berbicara sendiri
- Klien diam dan duduk menyendiri saat
teman-teman yang lain sedang
berkumpul
2. Kerusakan interaksi sosial : Menarik
diri
DS : - Klien mengatakan tidak suka bergaul dengan
orang lain
-
Klien
mengatakan malas berbicara dengan teman-temannya dan lebih enak menyendiri
DO: - Klien duduk menyendiri
- Klien tidak kenal dengan nama teman
satu ruangan
- Klien bicara dengan nada pelan dan
lambat, wajah klien menunduk saat berbicara dan kontak mata kurang / tidak ada
3. Gangguan konsep diri : Harga diri
rendah
DS : - Klien mengatakan dirinya sudah tidak
berguna lagi
DO : -
Ekspresi wajah klien kelihatan murung
- Klien jarang berbicara / berinteraksi
dengan teman / perawat ruangan
- Klien tampak malas untuk mengerjakan
sesuatu
5. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan
dengan harga diri rendah.
2. Resiko perubahan persepsi sensori: Halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
6.
Rencana Keperawatan
Diagnosa 1: Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah.
a.
Tujuan Umum: Pasien dapat
berhubungan dengan orang lain secara optimal.
b.
Tujuan Khusus:
1.
Pasien dapat
membina hubungan saling percaya.
1.1
Menunjukkan
ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, pasien mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi :
1.1. Bina hubungan saling percaya de-ngan mengung-kapkan prinsip
ko-munikasi terapeu-tik.
2.
Pasien dapat
mengidentifi-kasi kemam-puan dan aspek positif yang dimiliki
Intervensi :
2.1. Diskusikan ke-mampuan dan as-pek positif yang dimiliki pasien.
2.2. Setiap
bertemu pasien dihindarkan dari memberi pe-nilaian negatif.
2.3. Utamakan mem-beri pujian yang realistic
3.
Pasien dapat
menilai ke-mampuan yang diguna-kan.
Intervensi :
3.1. Diskusikan de-ngan pasien ke-mampuan yang masih dapat di-gunakan selama
sakit.
3.2. Diskusikan ke-mampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan.
4. Pasien dapat menetap-kan meren-canakan ke-giatan sesuai dengan ke-mampuan
yang dimiliki, pasien dapat membuat rencana ke-giatan hari-an.
Intervensi :
4.1. Rencanakan ber-sama pasien akti-vitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai ke-mampuan: kegiat-an mandiri, kegiat-an dengan bantu-an sebagian,
ke-giatan yang mem-butuhkan bantuan total.
4.2. Tingkatkan kegi-atan sesuai de-ngan toleransi kondisi pasien
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegi-atan yang boleh pasien lakukan.
5.
Pasien dapat
melakukan kegiatan se-suai kondisi sakit dan kemampuan-nya.
Intervensi :
5.1. Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang tela direnca-nakan.
5.2.Beri pujian atas keberhasilan pasi-en
6. Pasien dapat memanfaat-kan sistem pendukung yang ada, pasien dapat
memanfaat-kan sistem pendukung yang ada di keluarga
Intervensi :
6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat kli-en dengan
harga diri rendah.
6.2. Bantu keluarga memberikan du-kungan selama pasien di rawat.
6.3. Bantu keluarga menyiapkan ling-kungan di rumah.
Diagnosa 2: Resiko perubahan persepsi
sensori: Halusinasi berhubungan dengan
menarik diri.
Tujuan Umum :Klien dapat berinteraksi dengan orang lain supays tidak terjadi
halusinasi
Tujuan Khusus:
1.
Klien dapat
membina hubungan saling percaya
Kriteria :
Klien mampu, menunjukan ekpresi menerima/ bersahabat, kontak mata baik,
mengatakan masalah yang dihadapi
Intervensi:
1.1. Bina hubungan saling percaya dengan klien menggunakan prinsop komunikasi
terapeutik.
2.
Klien dapat
mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri.
Kriteria :
Klien mampu mengungkapkan perasaannya yang menyebabkan menarik diri.
Intervensi :
2.1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda tandanya.
2.2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik
diri atau tidak mau bergaul.
2.3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
pe-nyebab yang muncul.
2.4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
3.
Klien dapat
menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Kriteria :
Klien dapat menyebutkan manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang
lain.
Intervensi :
3.1 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan sosial
dengan orang lain dan kerugian bila yidak berhubungan dengan orang lain.
3.2 Beri kesempatan kepada klien untuk mengung-kapkan perasaan tentang
keuntu-ngan berhubungan sosial dengan orang lain.
3.3 Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan so-sial dengan orang
lain.
3.4 Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan kemampuan
berhubungan dengan orang lain
3.5 Kaji pengetahuan pasien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain.
3.6 Beri kesempatan kepada klien untuk mengung-kapkan perasaan tentang kerugian
bila tidak berhubungan dengan orang lain.
3.7 Diskusikan dengan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain.
3.8 Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan kemampuan
berhubungan dengan orang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Keliat, at all. 1998. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta. Egc
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta. Egc
Towsend, Mary C. 1998. diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri.
Jakarta. Egc
Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa. Jakarta
Harrol, Kaplan. 1987. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta. Widya
Medika
Maramis, WF. 1998. Catatan Ilmu Kedoteran Jiwa. Surabaya :
Airlangga
Stuar,
G. W dan Sundeen, 1998. Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Tim
Jiwa Lawang. 2002. Pelatihan Nasional
asuhan Keperawatan Profesional Jiwa dan Komunikasi Terapuetik Keperawatan. Malang
: Unibraw
Townsend,
MC. 1998. Diagnosa Keperawatan.
Psikiatri Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC.
Keliat,
B.A. 1999. Kumpulan Makalah Keperawatan Jiwa. Tidak di
publikasikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar