BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Akhir –akhir ini banyak ahli
kesehatan yang menaruh minat pada sosiologi. Ada anggapan bahwa faktor
kebutuhanlah yang mendorong mereka untuk memanfaatkan sosiologi guna mengatasi
berbagai permasalahan yang dihadapi dalam praktik medis.
Tujuan penerapan sosiologi dalam
bidang kedokteran dan kesehatan antara lain untuk menambah kemampuan para
tenaga kesehatan dalam melakukan penilaian klinis secara lebih rasional.
Menambah kemampuan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialami dalam
praktek, memahami dan menghargai perilaku pasien dan dapat menambah kemampuan
dan keyakinan tenaga kesehatan dalam menangani kebutuhan dan emosional pasien
karena seorang dikatakan berperilku sehat ada reaksi optimal dari individu jika
dia terkena sesuatu penyakit. Maka dari itu dalam makalah ini akan dibahas
tentang implementasi sosial budaya dalam askep sehubungan dengan sudut pandang manusia
(individu), keluarga, masyarakat.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sosiologi?
2. Bagaimana teori sosial budaya dan
teori asuhan keperawatan?
3. Bagaimana implementasi sosial budaya
dalam askep sehubungan dengan sudut pandang manusia (individu)?
4. Bagaimana implementasi sosial budaya
dalam askep sehubungan dengan sudut pandang keluaga?
5. Bagaimana implementasi sosial budaya
dalam askep sehubungan dengan sudut pandang masyarakat?
1.3
Tujuan Penulisan
1.3.1
Tujuan Umum
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang
hal – hal apa saja yang perlu dipahami mengenai implementasi
sosial budaya dalam askep sehubungan dengan sudut pandang manusia (individu), keluarga dan masyarakat dan memberikan gambaran kasus terkait implementasi
sosial budaya khususnya dibidang keperawatan serta lain-lain yang bisa berdampak
positif bagi penulis dan para pembaca yang utamanya ditujukan untuk para
mahasiswa keperawatan.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi dari
sosiologi
2.
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teori sosial budaya
dan teori asuhan keperawatan
3.
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami implementasi sosial
budaya dalam askep sehubungan dengan sudut pandang manusia (individu), keluarga
dan mayarakat
1.4
Manfaat Penulisan
1. Dapat
menambah wawasan pembaca mengenai hal-hal apa saja yang perlu dipahami mengenai
implementasi sosial budaya dalam askep sehubungan dengan sudut pandang
manusia (individu), keluarga dan masyarakat
2. Mampu menerapkan asuhan keperawatan
yang berhubungan dengan masalah sosial budaya baik dalam lingkup
individu/manusia, keluarga dan masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sosiologi
Aguste Comtee yang hidup pada tahun
1798-1857 dari Prancis, menggabungkan dua kata dari bahasa yang berlainan
yaitu:
Socius dari
bahasa latin yang berarti teman
Logos dari
bahasa yunani yang berarti ilmu
Jadi dapat dianggap sosiologisebagai
study tentang masyarakat sehingga sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang perkawanan dan dalam arti
luas adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
Definisi Sosiologi Menurut Para Ahli
Roucek dan Warren
Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari antara manusia dengan dengan kelompok
Mayor Polak
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan yaitu hubungan antar manusia,
manusia dengan kelompok, kelomok dengan kelompok baik kelompok formal maupun
kelompok material
Kingsley Davis
Sosiologi adalah suatu pelajaran
khusus yang ditunjukan kepada cara-cara masyarakat untuk mencaai kesatuan,
perkembangan dan perubahan tertentu.
2.2 Sifat Hakikat Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu social
Sosiologi bukan merupakan disiplin ilu
yang normatif, melainkan disiplin ilmu yang ketegoris
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan
yang murni
Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan
pola-pola umum serta mencuri prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari
interaksimanusia, sifat, hakikat, bentuk, isi dan struktur masyarakat manusia
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan
yang umum
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan
yang empiris dan rasional
2.3 Teori Sosial Budaya
Teori
sosial budaya adalah sebuah teori yang muncul dalam psikologi yang terlihat
pada kontribusi penting bahwa masyarakat membuat untuk perkembangan individu.
Teori ini menekankan interaksi antara orang-orang mengembangkan dan budaya di
mana mereka tinggal. Kebudayaan : suatu sistem gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka
kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat, 1986). Kebudayaan
itu ada tiga wujudnya, yaitu :
1. Wujud kebudayaan
sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai , norma-norma,
peraturan dsb.
Merupakan wujud dari
ide kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau difoto. Letaknya
ada di dalm pikiran warga masyarakat di mana
kebudayaan bersan gkutan itu hidup. Dikenal
den gan adat istiadat
atau sering berada dalam karangan dan buku-bukuu hasil karya para penulis warga masyarakat bersangkutan. Saat ini
kebudayaan ideal lebih banyak tersimpan dalam disk,
arsip, koleksi microfilm dan microfish, kartu komputer, silinder dan pita komputer.
2. Wujud Kebudayaan
sebagai suatu kompleks aktivitas tindakan berpola dari manusia dari masyarakat,
disebut
juga sistem sosial.
Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia-manusia yanbg berinteraksi, berhub ungan, bergaul
yang berdasarkan adat tata kelaku an. Sistem sosial itu bersifat konkret,
terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobserv asi, difoto dan
didokumentasi.
3. Wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, disebut kebudayaan fisik, dan
tak memerlukan banyak penjelasan.
Merupakan seluruh total dari hasil fisik
dari aktivitas, perbuatan d an karya semua manusia dalam masyarakat. Sifatnya
paling konkret, atau berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto. Hasil
karya manusia seperti candi, komputer, dapat diraba, dilihat, dan difoto. Hasil
karya manusia seperti candi, komputer, pabrik baja, kapal, batik sampai kancing
baju dsb.
2.4 Teori Asuhan Keperawatan
Asuhan
keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada
klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan
ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang
digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan / mempertahankan
budaya, mengakomodasi / negoasiasi budaya dan mengubah / mengganti
budaya klien.
a.
Cara I : Mempertahankan
budaya
Mempertahankan
budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan
implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang
relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap
pagi.
b. Cara II : Negosiasi budaya
Intervensi
dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap
budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar
dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang
hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti
dengan sumber protein hewani yang lain.
c. Cara III : Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi
budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
Model
konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks
budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Model ini menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan
oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah
klien. Pengelolaan asuhan keperawatan
dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1.
Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk
mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological
factors)
Teknologi
kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien
tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien
tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama
adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat
pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan klien dengan kepala keluarga.
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai
budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan
dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya. Pada tahap ini hal-hal yang dikaji meliputi : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya. Pada tahap ini hal-hal yang dikaji meliputi : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien
yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar
belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and
Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan
dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu: gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial
berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan
berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini
3. Intervensi dan Implementasi
Perencanaan
dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah
suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien. Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah
suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien. Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
a.
Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara
klien dan perawat tentang
proses melahirkan dan perawatan bayi
proses melahirkan dan perawatan bayi
2) Bersikap tenang dan tidak
terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya
yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural care accomodation/negotiation
1)
Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2)
Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3)
Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi
dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien
dan standar etik
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien
dan standar etik
c.
Cultual care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk
memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
diberikan dan melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien
melihat dirinya dari budaya
kelompok
kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala
pasien ke dalam bahasa kesehatan
yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang
sistem pelayanan kesehatan
Perawat
dan klien harus mencoba untuk memahami budaya
masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
4. Evaluasi
Evaluasi
asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien
yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang
mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
2.5 Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi
Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan
a.
Perilaku sadar yang menguntungkan kesehatan.
Mencakup
perilaku-perilaku yang secara sadar oleh seseorang yang berdampak menguntungkan
kesehatan. Golongan perilaku ini langsung berhubungan dengan kegiatan-kegiatan
pencegahan penyakit serta penyembuhan dari penyakit yang dijalankan dengan
sengaja atas dasar pengetahuan dan kepercayaan bagi diri yang bersangkutan,
atau orang-orang lain, atau suatu kelompok sosial. Sehubungan dengan ini,
kebutuhan-kebutuhan pelayanan dan perawatan medis dipenuhi melalui fasilitas -
fasilitas yang tersedia yang mencakup; (1) sistem perawatan rumah tangga, (2)
sistem perawatan tradisional yang diberikan oleh Prametra (pemraktek atau
praktisi medis tradisional), dan (3) sistem perawatan formal (biomedis atau
kedokteran).
b. Perilaku sadar yang
merugikan kesehatan
Perilaku sadar yang dijalankan secara sadar atau diketahui
tetapi tidak menguntungkan kesehatan terdapat pula di kalangan orang
berpendidikan atau profesional, atau secara umum pada masyarakat-masyarakat
yang sudah maju. Kebiasaan merokok (termasuk kalangan ibu hamil), pengabaian
pola makanan sehat sesuai dengan kondisi biomedis, ketidakteraturan dalam
pemeriksanaan kondisi kehamilan, alkoholisme, pencemaran lingkungan, suisida,
infantisida, pengguguran kandungan, perkelahian, peperangan dan sebagainya.
c. Perilaku tidak
sadar yang merugikan kesehatan
Golongan masalah ini paling banyak dipelajari, terutama
karena penanggulangannya merupakan salah satu tujuan utama berbagai program
pembangunan kesehatan masyarakat, misalnya pencegahan penyakit dan promosi
kesehatan kalangan pasangan usia subur, pada ibu hamil, dan anak-anak Balita
pada berbagai masyarakat pedesaan dan lapisan sosial bawah di kota-kota.
d.
Perilaku tidak sadar yang menguntungkan kesehatan.
Golongan perilaku ini menunjukkan bahwa tanpa dasar
pengetahuan manfaat biomedis umum yang terkait, seseorang atau sekelompok orang
dapat menjalankan kegiatan-kegiatan tertentu yang secara langsung atau tidak langsung
memberi dampak positif terhadap derajat kesehatan mereka.
Dalam
berbagai model penyakit, faktor sosial berperan menghasilkan unsur penyebab
peyakit atau memperbesar peluang orang untuk kontak dengan kuman (agen)
penyakit.
·
Faktor sosial dapat mempengaruhi konsumsi alkohol, kebiasaan
merokok dan perilaku seksual. Namun faktor sosial tersebut tidak berperan dalam
etiologi penyakit karena timbulnya penyakit pada seseorang ada mekanismenya
tersendiri.
·
Stres atau ketegangan sosial mengakibatkan reaksi tubuh
tidak dapat menyesuaikan sehingga menimbulkan penyakit.
·
Bagi orang yang berpendidikan rendah
maka peningkatan penghasilan bekaitan dengan kemungkinan menderita rematik
arthritis. Akan tetapi angka rematik lebih tinggi pada mereka yang
berpenghasilan rendah di antara mereka yang berpendidikan tinggi (King dan
Cobb,1958:474)
·
Status perkawinan memberi penjelasan
tentang angka kematian. Tingginya angka bunuh diri pada bujangan , janda dan
duda dibandingkan dengan orang yang sedang menikah menunjukkan bahwa mereka
lebih rawan untuk melakukan perbuatan tersebut, dan bila angka bunuh diri pada
kedua kelompok jenis kelamin dijadikan standar maka pria bujangan atau duda
lebih rawan dibandingkan dengan para gadis dan janda (Durkheim,1952:197-198)
·
Status sosial ekonomi merupakan ukuran
yang penting. Dengan melihat pekerjaan orang tua maka proporsi orang yang
mendapat gangguan jiwa mulai dari status teringgi hingga terendah adalah 17,5%;
16,4%; 20,9%; 24,5%; 29,4% dan 32,7% (Srolle dkk.,1962)
Disintegrasi sosial memiliki 10 indikator yaitu:
kesulitan ekonomi, kekacauan budaya, sekularisasi, lemahnya asosiasi, lemahnya
kepemimpinan, sedikitnya pola rekreasi, tingginya angka kejahatan dan
pelanggaran, tingginya angka perceraian, tingginya permusuhan dan lemahnya jaringan
komunikasi
BAB III
GAMBARAN KASUS
Ny. H seorang ibu rumah tangga yang berusia 24 tahun datang
dari UGD ke ruang perawatan penyakit dalam bersama perawat, suami, dan anaknya.
dengan keluhan Ny. H adalah badannya terasa panas sudah 3 hari, kepala terasa
sakit, mual, muntah, tidak nafsu makan dan lemas. Pendidikan terakhir Ny. H
adalah SMP (MTS). Ny. H beragama Islam, iya berpandangan bahwa sakitnya karena
ujian dari Allah SWT. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh perawat didapatkan TTV
TD 100/ 70 mmHg, suhu 38, Nadi 60 x/mnt, pernafasan 17 x/ mnt, bercak merah
pada kulit, uji bendung positif, terdapat hematomegali dan hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan peningkatan Ht > 20 %, penurunan trombosit < 50
Rb/ul, dan penurunan leokosit sampai 4 rb/ul . dan dokter mendiagnoasa Ny. H
DHF. Dokter menyarankan Ny. H harus dirawat kurang lebih 5 hari dan harus
melakukan transfusi trombosit sampai pada keadaan normal karena penurunan
trombosit yang rendah. Ny. H langsung menolak setelah mendengar bahwa dirinya
harus melakukan tranfusi trombosit dengan alasan dalam kepercayaan dan
budayanya yaitu suku kalimantan tidak boleh menerima tranfusi dari orang lain.
Ny. H jarang memeriksakan dirinya ke rumah sakit Akan tetapi Ny. H pernah jatuh
sakit dan hanya berobat keklinik dokter saja. Sesekali dokter pernah
menyarankan pemeriksaan berlanjut ke laboratorium namun Ny. H mengabaikannya
dengan alasan kedokterpun sudah bisa sembuh. Dalam biaya pengobatan Ny. H dan
suaminya tidak ada masalah karena Ny. H dan suaminya sudah mempunyai tabungan.
Ny. H dan keluarga mempunyai kebiasaan makan sehari – hari adalah makanan
hewani jarang memakan makanan nabati. Makanan yang dipantang adalah daging babi.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Pada kasus diatas
4.1 Implementasi
Soial Budaya dalam Askep Sehubungan dengan Sudut Pandang Manusia (Individu)
Yaitu pada Kasus Saat:
Ny.
H jarang memeriksakan dirinya ke rumah sakit. Akan tetapi Ny. H pernah jatuh
sakit dan hanya berobat keklinik dokter saja. Sesekali dokter pernah menyarankan
pemeriksaan berlanjut ke laboratorium namun Ny. H mengabaikannya dengan alasan
kedokterpun sudah bisa sembuh.
4.2 Implementasi
Soial Budaya dalam Askep Sehubungan dengan Sudut Pandang Keluarga Yaitu pada
Kasus Saat:
Ny.
H dan keluarga mempunyai kebiasaan makan sehari – hari adalah makanan hewani
jarang memakan makanan nabati. Makanan yang dipantang adalah daging babi.
4.3 Implementasi
Soial Budaya dalam Askep Sehubungan dengan Sudut Pandang Masyarakat Yaitu p ada
Kasus Saat:
Dokter
menyarankan Ny. H harus dirawat kurang lebih 5 hari dan harus melakukan
transfusi trombosit sampai pada keadaan normal karena penurunan trombosit yang
rendah. Ny. H langsung menolak setelah mendengar bahwa dirinya harus melakukan
tranfusi trombosit dengan alasan dalam kepercayaan dan budayanya yaitu suku
kalimantan tidak boleh menerima tranfusi dari orang lain.
4.4 Berikut Asuhan Keperawatan Yang
Akan Dibahas Secara Lengkapnya:
4.4.1 Pengkajian Keperawatan Lintas Budaya
A. Faktor teknologi
(tecnological factors)
1.
Persepsi Sehat Sakit : Dalam Kasus tidak dijelaskan sehingga
perawat harus mengkaji kepada pasien.
2.
Kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan : Ny. H
pernah jatuh sakit dan hanya berobat keklinik dokter saja
3.
Alasan mencari bantuan kesehatan : klien mengatakan dengan
berobat kedokterpun sudah sembuh.
4.
Persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi
untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini : Ny. H jarang memeriksakan
dirinya ke rumah sakit Akan tetapi Ny. H pernah jatuh sakit dan hanya berobat keklinik
dokter saja. Sesekali dokter pernah menyarankan pemeriksaan berlanjut ke
laboratorium namun Ny. H mengabaikannya dengan alasan kedokterpun sudah bisa
sembuh
B. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
1.
Agama yang dianut : Islam
2.
Status pernikahan : Sudah menikah
3.
Cara pandang klien terhadap penyebab penyakit : iya
berpandangan bahwa sakitnya karena ujian dari Allah SWT
4.
Cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif
terhadap kesehatan : Dalam Kasus tidak dijelaskan sehingga perawat harus
mengkaji kepada pasien.
C.
Faktor sosial dan keterikatan
keluarga (kinship and social factors)
1. Nama
lengkap : Ny. H
3. Nama panggilan : Ny. H
4. Umur :
24 tahun
5. Jenis kelamin : Perempuan
6. Status : Sudah menikah
7. Tipe keluarga : keluarga tradisional
8.
Pengambilan keputusan dalam keluarga :
9.
Ny. H langsung menolak setelah mendengar bahwa dirinya harus
melakukan tranfusi trombosit dengan alasan dalam kepercayaan tidak boleh
menerima tranfusi dari orang lain.
10.
Hubungan klien dengan kepala keluarga : Istri
D.
Nilai-nilai budaya dan gaya hidup
(cultural value and life ways)
1. Posisi dan jabatan yang dipegang
oleh kepala keluarga : Seorang suami dan karyawan swasta
2. Bahasa yang digunakan : Istri dan
suaminya menggunakan bahasa Indonesia.
3. Kebiasaan makan dan makanan yang
dipantang dalam kondisi sakit : Ny. H dan keluarga mempunyai kebiasaan makan
sehari –har makanan hewani jarang memakan makanan nabati. Makanan yang
dipantang adalah daging baby.
4. Persepsi sakit yang berkaitan dengan
aktivitas sehari – hari : Dalam Kasus tidak dijelaskan sehingga perawat harus
mengkaji kepada pasien.
E.
Faktor kebijakan dan peraturan
yang berlaku (political and legal factors)
1. Peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan
jam berkunjung : didalam kasus tidak tercamtum akan tetapi berdasarkan kebijakan beberapa rumah sakait jam berkunjung Pertama, di pagi hari yang di mulai pukul 10.00 sampai 12.00. Serta sore hari yang dimulai pukul 16.00 sampai 18.00. Untuk mengefektifkan jam kunjungan tersebut, kini rumah sakit menertibkannya dengan menempatkan petugas di seluruh pintu masuk.
jam berkunjung : didalam kasus tidak tercamtum akan tetapi berdasarkan kebijakan beberapa rumah sakait jam berkunjung Pertama, di pagi hari yang di mulai pukul 10.00 sampai 12.00. Serta sore hari yang dimulai pukul 16.00 sampai 18.00. Untuk mengefektifkan jam kunjungan tersebut, kini rumah sakit menertibkannya dengan menempatkan petugas di seluruh pintu masuk.
2. Jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu : berdasarkan kebijakan beberapa rumah sakit jumlah
keluarga yang boleh menunggu tidak lebih dari 2 orang.
3. Cara
pembayaran untuk perawatan : Dalam Kasus tidak dijelaskan sehingga perawat harus mengkaji
kepada pasien.
F. Faktor
ekonomi (economical factors)
1. Pekerjaan klien : ibu rumah tangga
2. Sumber biaya pengobatan : tabungan
kelurga
3. Tabungan ynag dimiliki oleh keluarga
: Dalam Kasus tidak dijelaskan sehingga perawat harus mengkaji kepada pasien.
G. Faktor
pendidikan (educational factors)
1. Tingkat pendidikan klien : SMP
2. Jenis pendidikan : MTS
4.4.2
Diagnosa Keperawatan Lintas Budaya
A.
Rumusan Diagnosa Keperawatan Lintas Budaya
1. Resiko tinggi :
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
yang tidak ade kuat.
2. Ketidakpatuhan
dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai budaya yang diyakini.
B.
Data Subyektif dan Data Obyektif
1.
Resiko tinggi : Pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak ade
kuat.
DS : Pasein
mengatakan perutnya terasa mual, muntah, tidak nafsu makan dan lemas
DO : Perawat
melakukan pemeriksaan fisik dan didapatkan hepatomegali.
2.
Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan
sistem nilai budaya yang diyakini.
DS : Pasien mengatakan dirinya tidak ingin
dilakukan trasnfusi trombosit dari orang lain.
DO : Ny. H langsung menolak setelah
mendengar bahwa dirinya harus melakukan tranfusi trombosit dengan alasan dalam
kepercayaan dan budayanya yaitu suku kalimantan tidak boleh transfusi dari
orang lain.
4.4.3 Intervensi dan
Implementasi Keperawatan Lintas Budaya
Diagnosa Keperawatan No. 1
Resiko tinggi :Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak ade kuat.
Tujuan jangka panjang :setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam, keluhan pasien dapat diatasi.
Tujuan jangka pendek :setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien mampu memenuhi kebutuhan nutrisi
dengan makan dihabiskan 3 x 1 porsi.
Kriteria Hasil :setelah melakukan
tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat menghabiskan makanan yang
disediakan rumah sakit, menunjukan penigkatan berat badan yang progresif, dan
tidak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut.
Intervensi :
a. lakukan pemeriksaan TTV setiap 6 jam sekali pada pukul
06.00, 12.00, 18.00, dan 24.00 WIB
b. kaji faktor penyebab mual dan muntah yang menimbulkan
tidak nafsu makan. Hal yang dikaji adalah kebiasaan sebelum makan pasien, dan
makanan yang biasa dimakan pasien.
c. Lakukan pengukuran berat badan pasien dan menghitung
berat badan ideal pasien dengan rumus BB ideal = (TB – 100 ) – 10 %
d. Anjurkan makan sedikit tapi sering seperti makan roti
setiap setengah jam.
e. Anjurkan makanan yang halus seperti makan biskuit,
bubur, dan roti,
f. Anjurkan banyak minum air mineral minimal 8 – 10 gelas
/ hari
g. Kolaborasikan dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi
Tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP) atau sesuai kebutuhan pasien.
h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian suplemen
tambahan dan obat antiemetik
Diagnosa
Keperawatan No. 2
Ketidakpatuhan
dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai budaya yang diyakini.
Tujuan jangka
panjang : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam
klien mengalami peningkatan jumlah trombosit samapai 150 – 450 rb/ul.
Tujuan jangka
pendek : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 jam klien
mampu menunjukan keinginannya untuk dilakukan transfusi trombosit sampai nilai
50 – 100 rb/ul.
Kriteria hasil : setelah
melakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat menyetujui transfusi,
dan komplikasi dapat diminimalkan dan dicegah.
Intervensi :
Tanggal 20 mei 2013
pukul 09.00 WIB
a. Lakukan identifikasi alasan menolak transfusi trombosit. Menanyakan
kepada pasien mengapa tidak setuju dilakukan transfusi trombosit
b. Bersikap tenang dan tidak terburu - buru saat berinteraksi dengan
klien.
c. Lakukan negosiasi untuk menjelaskan dan meyakinkan kepada pasien tentang
kemanfaatan pengobatan yang diberikan. Berikan penjelasan bahwa keadaan
trombosit saat ini sangat rendah yang tidak dapat dilakukan dengan bantuan
makanan, obat oral dan transfusi dari anggota keluarga karena harus mencari
trombosit yang cocok untuk diri yang akan memakan waktu lama sehingga harus
malalui transfusi trombosit yang sudah ada dirumah sakit. Apabila tidak
dilakukan akan berdampak negatif bagi pasien
d. Gunakan
bahasa dan terminologi yang mudah dipahami oleh pasien.
e. Menggunkan pihak ketiga yaitu suami atau anaknya untuk membantu meyakini
transfusi trombosit.
f. Lakukan Informed Consent apabila pasien tetap tidak ingin transfusi
trombosit.
4.4.4 Evaluasi
Diagnosa I
Tanggal 20 mei 2013 pukul 13.00 WIB
S
: Pasien mengatakan dirinya setuju dilakukan transfusi trombosit agar suami dan
istrinya dapat bahagia.
O
: wajah pasien menunjukan kesetujuannya, pasien tidak menolak
ketika perawat mulai melakukan tindakan, adanya peningkatan trombosit sampai 5
rb/ul.
A
: Masalah meyakinkan klien untuk melakukan transfusi teratasi namun
belum mengalami peningkatan trombosit yang cukup.
P
: Lanjutkan Intervensi Keperawatan untuk pemberian kembali
transfusi trombosit 400 cc/ jam.
I
: pukul 15.00 WIB Transfusi trombosit 400 cc/jam
dilakukan
E
: Pasien tampak tenang dan tidak ada penolakan untuk dilakukan transfusi
trombosit kembali.
R
: kaji ulang
Diagnosa II
Tanggal 24 mei 2013 pukul 08.00 WIB
S
: Pasien mengatakan dirinya sudah tidak
merasakan mual, nafsu makan meningkat
O
: pasien menghabiskan makanan yang disediakan dirumah sakit dan pasien tampak
tenang.
A
: pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi sehingga masalah teratasi.
P
: lanjutkan intervensi keperawatan untuk
perawatan dirumah
• anjurkan banyak makan sayur
• anjurkan berorahraga
• mengenakan pakainya panjang
• mengenakan obat penangkal ketika
tidur
• membersihan kamar mandi dan bak
mandi
• Tetap Menjaga kesehatan
I : 08.30 WIB Melaksanakan intervensi
Keperawatan
E :pasien menerima informasi yang
disampaikan dan menunjukan pemahamannya.
R : Kaji Ulang
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sosiologi
adalah ilmu pengetahuan tentang
perkawanan dan dalam arti luas adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Aspek
sosial budaya yang mempengaruhi status kesehatan dan perilaku kesehatan terdiri
dari perilaku sadar yang menguntungkan kesehatan, perilaku sadar yang merugikan
kesehatan, perilaku tidak sadar yang merugikan kesehatan, perilaku
tidak sadar yang menguntungkan kesehatan.
Teori
sosial budaya adalah sebuah teori yang muncul dalam psikologi yang terlihat
pada kontribusi penting bahwa masyarakat membuat untuk perkembangan individu.
Asuhan
keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada
klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Pengelolaan asuhan
keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
3.2
Saran
Kami menyarankan agar tenaga kesehatan
tidak meremehkan ilmu sosiologi karena sosiologi juga berperan dalam ilmu
kesehatan dan juga banyak manfaatnya dalam praktik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Efy.2011. Keragaman Budaya dan Perpektif Transkultural. Diakses 8 Mei 2014, pukul 15.09
Burhanudin,2007. (http://nurs1ng.wordpress.com transkultural-nursing) Diakses
9 Mei 2014, pukul 14.00
Fahran. A. 2010 (http://organisasi.org/definisi-pengertian-sosiologi-objek-tujuan-pokok-bahasan-dan-bapak-ilmu-sosiologi) Diakses 9 Mei 2014, pukul 16.00
Gunawan, Wahid. 2009 (http://www.docstoc.com/docs/6850304/Teori-teori-Keperawatan) Diakses 9 Mei 2014, pukul 16.03
Tidak ada komentar:
Posting Komentar