ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN
KEBUTUHAN KHUSUS (RETARDASI MENTAL)
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Retardasi mental
merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara
berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3%
dari seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai IQ dibawah 70. Sebagai sumber
daya manusia tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-anak
ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.
Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi
keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan
pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil.
Hal inilah yang
melatar belakangi kami untuk mengangkat masalah Retardasi mental dalam makalah
kami.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan retardasi mental?
2. Bagaimana
klasifikasi, etiologi dan patofisiologi retardasi mental?
3. Bagaimana
manifestasi klinis dan kriteria diagnostik retardasi mental?
4. Apa
saja dan bagaimana pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan pada anak dengan
retardasi mental?
5. Apa
komplikasi dan prognosis pada anak dengan retardasi mental
6. Bagaimana
cara pencegahan dan penanganan pada anak retardasi mental?
7. Bagaimana
konsep asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental?
1.3
Tujuan
Penulisan
1.3.1
Tujuan
Umum
1. Memberikan
pengetahuan kepada masyarakat mengenai retardasi mental.
2. Menjadikan
masyarakat lebih mewaspadai dan menanggulangi adanya retardasi mental terhadap
anak dan anggota keluarga mereka.
3. Memberikan
wawasan kepada masyarakat mengenai penanggulangan dan pengobatan serta
perawatan terhadap para penderita retardasi mental.
1.3.2
Tujuan
Khusus
1.
Menambah wawasan dan
pengetahuan mahasiswa / mahasiswi tentang retardasi mental.
2.
Dapat melatih para mahasiswa /
mahasiswi dalam pembuatan makalah.
3.
Mampu menjelaskan dan
menerapkan Asuhan keperawatan pada anak retardasi mental.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Dapat
menjelaskan konsep
Retardasi Mental
2.
Mengetahui dan memahami hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam membantu anak dengan Retardasi
Mental
3.
Mengetahui dan memahami asuhan
keperawatan yang tepat pada anak dengan kebutuhan khusus
Retardasi Mental
4.
Mampu menerapakan asuhan keperawatan pada anak
dengan kebutuhan khusus Retardasi Mental
BAB 2
KONSEP
TEORI
2.1 Definisi Retardasi Mental
Terdapat berbagai
definisi mengenai retardasi mental.
·
Menurut WHO
(dikutip dari Menkes 1990), retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak
mencukupi.
·
Carter CH (dikutip)
dari Toback C ), mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai
oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk
belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas keemampuan yang
dianggap normal.
·
Menurut Crocker AC
1983, retadarsi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang
rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya
timbul pada masa perkembangan.
·
Sedangkan menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan
retardasi mental bila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Fungsi intelektual umum dibawah normal
2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial
3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah
usia 18 tahun.
Fungsi intelektual dapat diketahui
dengan test fungsi kecerdasan dan hasilnya dinyatakan sebagai suatu taraf
kecerdasan atau IQ (intelegence Quotient).
IQ adalah MA / CA x 100 %
MA = Mental Age, umur mental yang
didapat dari hasil test
CA = Chronological Age, umur
berdasarkan perhitungan tanggal lahir
Yang dimaksud fungsi intelektual
dibawah normal yaitu apabila IQ dibawah 70. Anak ini tidak dapat mengikuti
pendidikan sekolah biasa, karena cara berpikirnya yang terlalu sederhana, daya
tangkap dan daya ingatnya lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa dan
hitungannya juga sangat lemah.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku
adaptif sosial adalah kemampuan seeorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan
mempunyai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya.
Pada penderita retardasi mental gangguan perilaku adaptif yang paling menonjol
adalah kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakatsekitarnya. Biasanya
tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya.
Gejala tersebut harus timbul pada masa
perkembangan, yaitu dibawah umur 18 tahun. Karena kalau gejala tersebut timbul
setelah umur 18 tahun, bukan lagi disebut retardasi mental tetapi penyakit lain
sesuai dengan gejala klinisnya.
Keterbelakangan Mental (Retardasi Mental, RM) adalah suatu
keadaan yang ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah
rata-rata disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri
(berpelilaku adaptif), yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun.
Orang-orang yang secara mental mengalami keterbelakangan,
memiliki perkembangan kecerdasan (intelektual) yang lebih rendah dan mengalami
kesulitan dalam proses belajar serta adaptasi sosial. 3% dari jumlah penduduk
mengalami keterbelakangan mental.
2.2 Klasifikasi Retardasi Mental
Rentang IQ bukanlah satu-satunya dasar
bagi penegakan diagnosis, kelemahan dalam perilaku adaptif juga merupakan kriteria
retardasi mental. Beberapa orang yang termasuk dalam kelompok retardasi ringan
berdasarkan IQ mungkin tidak mengalami kelemahan perilaku adaptif sehingga
tidak akan dianggap sebagai orang-orang yang mengalami retardasi mental. Pada
kenyataanya, kriteria IQ biasanya diterapkan hanya setelah kelemahan dalam
perilaku adaptif diidentifikasi. Berikut ini merupakan ringkasan karakteristik
orang-orang yang masuk dalam masing-masing level retardasi mental (Robinson
& Robinson, 1976)
Ø
Retardasi Mental Ringan (IQ 50-55
hingga 70).
Sekitar 85 persendari mereka yang
memiliki IQ kurang dari 70 diklasifikasikandalam kelompok retardasi mental
ringan. Mereka tidak selalu dapat dibedakan dari anak-anak normal sebelum mulai
bersekolah. Di usia remaja akhir biasanya mereka dapat mempelajari keterampilan
akademik yang kurang lebih sama dengan level kelas 6. Ketika dewasa mereka
mampu melakukan pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan atau di balai
karya di rumah penampungan, meskipun mereka mungkin membutuhkan bantuan dalam
masalah sosial dan keuangan. Mereka bisa menikah dan mempunyai anak.
Ø
Retardasi Mental Sedang (IQ 35-40
hingga 50-55)
Sekitar 10 persen darimereka yang
memiliki IQ kurang dari 70 diklasifikasikan dalam kelompokretardasi mental
sedang. Kerusakan otak dan berbagai patologi lain sering terjadi.oranng-orang
yang mengalami retardasi mental sedang dapat memiliki kelemahan fisik dan
disfungsi neurologis yang menghambat keterampilan motorik yang normal, seperti
memegang dan mewarnai di dalam garis, dan keterampilan motorik kasar, seperti
berlari dan memanjat. Mereka mampu, dengan banyak bimbingan dan latihan,
berpergian sendiri di daerah lokal yang tidk asing bagi mereka. Banyak yang
tinggal di institusi penampungan, namun sebagian besar hidup bergantung bersama
keluarga atau dalam rumah-rumah bersama yang disupervisi.
Ø
Retardasi Mental Berat (IQ 20-25 hingga
35-40)
Di antara mereka yang memiliki IQ
kurang dari 70, sekitar 3 sampai 4 persen masuk dalam kelompok retardasi mental
parah. Orang-orang tersebut umumnya memiliki abnormalitas fisik sejak lahir dan
keterbatasan dalam pengendalian sensori motor. Sebagian besar dimasukkan dalam
institusi penampungan dan membutuhkan bantuan dan supervisi terus-menerus.
Orang dewasa yang mengalami retardasi mental parah dapat berperilaku ramah,
namun biasanya hanya dapat berkomunikasi secara
singkat di level yang sangat konkret.
Mereka hanya dapat melakukan sedikit aktivitas secara mandiri dan sering kali
terlihat lesu karena kerusakan otak mereka yang parah menjadikan mereka relatif
pasif dan kondisi kehidupan mereka hanya memberikan sedikit stimulasi.mereka
mampu melakukan pekerjaan yang sangat sederhana dengan supervisi terus-menerus.
Ø
Retardasi Mental Sangat Berat (IQ di
bawah 20-25)
Hanya 1 hingga 2 persen dari mereka
yang mengalami retardasi mental yang masukdalam kelompok retardasi mental
sangat berat, yang membutuhkan supervisi total dan sering kali harus diasuh
sepanjang hidup mereka. Sebagian besar memiliki abnormalitas fisik berat serta
kerusakan neurologis dan tidak dapat berjalan sendiri kemana pun. Tingkat
kematian dimasa kanak-kanak pada orang-orang yang mengalami retardasi mental
sangat berat sangat tinggi.
Bila ditinjau dari gejalanya maka dapat di bagi menjadi 2
yaitu :
1.
Tipe Klinik
Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini, karena
kelainan fisismaupun mentalnya cukup berat. Penyebabnya sering kelainan
organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus-menerus dan kelainan
ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun yang rendah. Orang tua dari
anak yang menderita retardasi mental tipe klinik ini cepat mencaripertolongan
oleh karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.
2.
Tipe Sosial
Budaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat
mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga
retardasi enam jam. Karenabegitumereka keluar sekolah, mereka dapat bermain
seperti anak-anak normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan
sosial ekonomi rendah. Para orang tua dari anak tipe ini tidak dapat melihat
adanya kelainan pada ananknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari
gurunya atau dari para psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik
kelas.pada umumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan retardasi mental
ringan.
2.3 Etiologi Retardasi Mental
Menurut Pedoman
Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Ke-1 (W.F. Maramis, 2005:
386-388) faktor-faktor penyebab retardasi mental adalah sebagai berikut.
a.
Infeksi dan
atau intoksinasi
Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat
buruk pada perkembangan janin, yaitu rusaknya jaringan otak. Begitu juga dengan
terjadinya intoksinasi, jaringan otak juga dapat rusak yang pada akhirnya menimbulkan
retardasi mental.
Infeksi dapat terjadi karena masuknya rubella, sifilis,
toksoplasma, dll. ke dalam tubuah ibu yang sedang mengandung. Begitu pula
halnya dengan intoksinasi, karena masuknya “racun” atau obat yang semestinya
dibutuhkan.
b.
Terjadinya
rudapaksa dan / atau sebab fisik lain
Rudapaksa sebelum lahir serta trauma lainnya, seperti
hiper radiasi, alat kontrasepsi, dan usaha melakukan abortus dapat
mengakibatkan kelainan berupa retardasi mental.
Pada waktu proses kelahiran (perinatal) kepala bayi dapat
mengalami tekanan sehingga timbul pendarahan di dalam otak. Mungkin juga karena
terjadi kekurangan oksigen yang kemudian menyebabkan terjadinya degenerasi
sel-sel korteks otak yang kelak mengakibatkan retardasi mental.
c.
Gangguan
metabolisme, pertumbuhan atau gizi
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh
gangguan metabolisme (misalnya gangguan metabolism karbohidrat dan
protein), gangguan pertumbuhan, dan gizi buruk termasuk dalam kelompok ini.
Gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama sebelum anak berusia 4 tahun
sangat mempengaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental.
Keadaan seperti itu dapat diperbaiki dengan memberikan gizi yang mencukupi
sebelum anak berusia 6 tahun, sesudah itu biarpun anak tersebut dibanjiri
dengan makanan yang bergizi, inteligensi yang rendah tersebut sangat sukar
untuk ditingkatkan.
d.
Penyakit otak
yang nyata
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat
beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, yang dapat bersifat degeneratif,
radang, dst. Penyakit otak yang terjadi sejak lahir atau bayi dapat menyebabkan
penderita mengalamai keterbelakangan mental.
e.
Penyakit atau
pengaruh prenatal
Keadaan ini dapat diketahui sudah ada sejak dalam
kandungan, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomaly cranial primer
dan defek congenital yang tak diketahui sebabnya.
f.
Kelainan
kromosom
Kelainan kromosom mungkin terjadi pada aspek jumlah
maupun bentuknya. Kelainan pada jumlah kromosom menyebabkan sindroma down yang
dulu sering disebut mongoloid.
g.
Prematuritas
Retardasi mental yang termasuk ini termasuk retrdasi
mental yang berhubungan dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat
badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa kehamilan kurang dari 38
minggu.
h.
Akibat gangguan
jiwa yang berat
Retardasi mental juga dapat terjadi karena adanya
gangguan jiwa yang berat pada masa kanak-kanak.
i.
Deprivasi
psikososial
Devripasi artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Tidak
terpenuhinya kebutuhan psikososial awal-awal perkembangan ternyata juga dapat
menyebabkan terjadinya retardasi mental pada anak.
2.4 Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada
keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan
atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum usia
18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70
sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada
sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa ,
kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial,
penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri , kesehatan dan keamanan ,
akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa
digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal. Diagnosis
retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.
Pathway
2.5
Manifestasi Klinis
Gejala
klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan
fisik yang merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata
mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelaianan
fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu :
1. Kelainan pada mata :
a. Katarak
§ Sindrom Cockayne
§ Sindrom Lowe
§ Galactosemia
§ Sindrom Down
§ Kretin
§ Rubella Pranatal, dll.
b. Bintik cherry-merah pada daerah
macula
§ Mukolipidosis
§ Penyakit Niemann-Pick
§ Penyakit Tay-Sach
c. Korioretinitis
§ Lues congenital
§ Penyakit Sitomegalovirus
§ Rubella Pranatal
d. Kornea keruh
§ Lues Congenital
§ Sindrom Hunter
§ Sindrom Hurler
§ Sindrom Lowe
2. Kejang
a. Kejang umum tonik klonik
§ Defisiensi glikogen sinthesa
§ Hipersilinemia
§ Hipoglikemia, terutama yang disertai
glikogen storage disease I, III, IV, dan aaVI
§ Phenyl ketonuria
§ Sindrom malabsobrsi methionin, dll.
b. Kejang pada masa neonatal
§ Arginosuccinic asiduria
§ Hiperammonemia I dan II
§ Laktik asidosis, dll.
3. Kelainan kulit
a. Bintik café-au-lait
§ Atakasia-telengiektasia
§ Sindrom bloom
§ Neurofibromatosis
§ Tuberous selerosis
4. Kelainan rambut
a. Rambut rontok
§ Familial laktik asidosis dengan
Necrotizing ensefalopati
b. Rambut cepat memutih
§ Atrofi progresif serebral hemisfer
§ Ataksia telangiektasia
§ Sindrom malabsorbsi methionin
c. Rambut halus
§ Hipotiroid
§ Malnutrisi
5. Kepala
a. Mikrosefali
b. Makrosefali
§ Hidrosefalus
§ Neuropolisakaridase
§ Efusi subdural
6. Perawakan pendek
a. Kretin
b. Sindrom Prader-Willi
7. Distonia
a. Sindrom Hallervorden-Spaz
Sedangkan
gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
1. Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian
terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini termasuk dari tipe
social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas.
Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan
bias bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai
bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi
pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap
membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
2. Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari
seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu
didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD saja,
tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya
pertukangan, pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan.
Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga
kurang kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga perlu
bimbingan dan pengawasan.
3. Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita
retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini
karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari
orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan
motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih
hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih
keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
4. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk
dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan
fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh
hidupnya tergantung orang disekitarnya.
2.6 Kriteria Diagnostik
Fungsi
intelektual yang secara signifikan berada dibawah rata-rata . IQ kira-kira 70
atau kurang (untuk bayi penilaian klinis dari fungsi fungsi intelektual dibawah
rata2).
Kekurangan atau kerusakan fungsi adaptif yang terjadi
bersamaan ( mis. efektifitas seseorang dalam memenuhi harapan kelompok
budayanya terhadap orang seusianya) dalam sedikitnya dua area berikut :
komunikasi, perawatan diri , kerumahtanggaan, ketrampilan sosial dan
interpersonal, penggunaan sarana-sarana masyarakat pengarahan diri, ketrampilan
akademik fungsional , bekerja, bersantai , kesehatan dan keamanan.
Awitan terjadi sebelum usia 18 tahun.
Kode dibuat berdasarkan tingkat keparahan yang tercermin dari
kerusakan inteletual:
1. Retardasi mental ringan ( Tingkat IQ
50-55 sampai kira-kira 70 )
2. Retardasi mental Sedang ( Tingkat IQ
35-40 sampai 50-55 )
3. Retardasi mental berat ( Tingkat IQ
20-35 sampai 35-45 )
4. Retardasi mental yang amat sangat
berat (Tingkat IQ dibawah 20-25)
5. Retardasi mental dengan keperahan
yang tidak disebutkan: jika terdapat dugaan kuat adanya retardasi mental tetapi
emintelligence orang tsb tidak dapat diuji dengan test Standar.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Beberapa
pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi
mental, yaitu dengan:
1.
Kromosomal
Kariotipe
·
Terdapat
beberapa kelainan fisik yang tidak khas
·
Anamnesis ibu
tercemar zat-zat teratogen
·
Terdapat
beberapa kelainan kongenital
·
Genetalia
abnormal
2.
EEG ( Elektro
Ensefalogram)
·
Gejala kejang
yang dicurigai
·
Kesulitan
mengerti bahasa yang berat
3.
CT ( Cranial
Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance Imaging)
·
Pembesaran
kepala yang progresif
·
Tuberous
sklerosis
·
Dicurigai
kelainan otak yang luas
·
Kejang lokal
·
Dicurigai
adanya tumor intrakranial
4.
Titer virus
untuk infeksi kongenital
·
Kelainan
pendengaran tipe sensorineural
·
Neonatal
hepatosplenomegali
·
Petechie pada
periode neonatal
·
Chorioretinitis
·
Mikroptalmia
·
Kalsifikasi
intrakranial
·
Mikrosefali
5.
Serum asam urat
( uric acid serum)
·
Gout
·
Sering mengamuk
6.
Laktat dan
piruvat darah
·
Asidosis
metabolik
·
Kejang
mioklonik
2.8 Penatalaksanaan
1. Obat-obat psikotropika (
tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri.
2. Psikostimulan untuk remaja yang
menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi/gangguan hyperaktif.
3. Antidepresan ( imipramin (Tofranil)
4. Karbamazepin ( tegrevetol) dan
propanolol ( Inderal )
5. Meningkatkan perkembangan otak yang
sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan yang merangsang pertumbuhan
6. Harus memfokuskan pada kesehatan
biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang hidup dalam kemiskinan dalam
hal ini ;
·
perawatan prenatal
·
pengawasan kesehatan regular
·
pelayanan dukungan keluarga
2.9 Komplikasi
a.
Serebral palcy
b.
Gangguan kejang
c.
Gangguan kejiwaan
d.
Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e.
Defisit komunikasi
f.
Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan
antikonvulsi, kurang mengkonsumsi makanan berserat dan cairan)
2.10 Prognosis
Retardasi
mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik.
Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan dengan
retardasi mental ringan dengan kesehatan yang baik tanpa penyakit
kardiorespirasi, pada umumnya umur harapan hidupnya sama dengan orang yang
normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang berat dengan masalah
kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.
2.11 Pencegahan
Karena penyembuhan dari retardasi
mental ini boleh dikatakan tidak ada, sebab kerusakan dari sel-sel otak tidak mungkin fungsinya kembali normal,maka
yang penting adalah pencegahan primer yaitu usaha yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyakit. Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit
yang potensial dapat mengakibatkan retardasi mental, misalnya melalui
imunisasi. Konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi yang
baik selama kehamilan, dan bersalin pada tenaga kesehatan yang berwenang, maka
dapat membantu menurunkan angka kejadian retardasi mental. Demikian pula dengan
mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan kerja, memberikan pendidikan
yang baik, memperbaiki sanitasi lingkungan, meningkatkan gizi keluarga. Dengan
adanya program BKB (Bina Keluarga Balita) yang merupakan stimulasi mental dini
dan bisa dikembangkan juga deteksi dini, maka dapat mengoptimalkan perkembangan
anak.
Pencegahan harus sedini mungin yang dimulai sejak dari bayi, yaitu dengan
memberikan ASI. Bayi yang minum ASI jarang yang menjadi obesitas, karena
komposisi ASI mempunyai mekanisme tersendiri dalam mengontrol berat badan bayi.
2.12 Penanganan
a.
Penanganan
Residensial
Sejak tahun 1975, para individu yang mengalami retardasi mental berhak
mendapatkan penanganan yang sesuai dalam lingkungan dengan batasan yang sangat
minimal. Idealnya,orang-orang dewasa dengan retardasi mental sedang tinggal di
tempat-tempat tinggal berukuran kecil hingga sedang yang menyerupai rumah yang
berada ditengah masyarakat. Disediakan perawatan medis dan para supervisor
petugas terlatih yang juga tinggal di bersama mereka memenuhi kebutuhan para
penghuni selama 24 jam.
Banyak orang dewasa dengan retardasi mental ringan dapat memilih pekerjaan
dan mampu hidup mandiri di apartemen mereka sendiri. Ada juga yang hidup semi
mandiri di apartemen bersama 3 hingga orang dewasa lain yang juga mengalami
retardasi mental dengan bantuan seorang konselor yang umumnya datang dimalam
hari. Anak-anak yang mengalami retardasi mental berat dapat tinggal dirumah
atau di rumah-rumah perawatan yang dilengkapi dengan layanan pendidikan dan
psikologis. Hanya orang-orang yang mengalami retardasi mental berat dan sangat
berat serta memiliki cacat fisik yang cenderung tetap tinggal di berbagai
institusi mental.
b.
Intervensi
Behavioral Berbasis Pengondisian Operant
Bila program semacam Head Start dapat membantu mencegah retardasi mental
ringan pada anak-anak yang tidak beruntung, berbagai program lain yang
terdahulu yang menggunakan teknik-teknik kognitif dan behavioral dikembangkan
untuk meningkatkan tingkat fungsi para individu dengan retardasi berat.
Anak-anak dengan retardasi mental berat biasanya membutuhkan instruksi
intensif agar mampu makan, menggunakan toilet, dan berpakaian sendiri. Untuk
mengajarkan suatu rutinitas tertentu kepada anak-anak dengan retardasi berat,
terapis biasanya memulai dengan menganalisis dan membagi perilaku yang menjadi
target.
Prinsip-prinsip pengondisian operant kadang disebut analisis perilaku
terapan, juga digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak pada tempatnya dan
perilaku mencederai diri sendiri. Anak-anak yang mengalami retardasi mental
berat dan sangat berat yang tinggal di berbagai institusi memiliki
kecenderungan melakukan perilaku stereotip dalam sendirian-gerakan berulang,
ritmik, menstimulasi diri, seperti bergoyang ke depan ke belakang, berayun,
memutar kepala-dan melakukan agresi pada diri sendiri, pada anak-anak lain dan
staf. Gerakan maladaptif dan tindakan mencederai diri sendiri tersebut sering
kali dapat dikurangi dengan memberi penguat pada respons-respons ganti.
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengakajian.
Pengakjian
dapat dilakukan melalui:
1. Neuroradiologi dapat menemukan
kelainan dalam struktur kranium, misalnya klasifikasi atau peningkatan tekanan
intrakranial.
2. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan
tumor dan hamatoma.
3. Biopsi otak hanya berguna pada
sejumlah kecil anak retardasii mental. Juga tidak mudah bagi orang tua untuk
menerima pengambilan jaringan otak dalan jumlah kecil sekalipun karena dianggap
menambah kerusakan otak yang memang tidak adekuat.
4. Penelitian bio kimia menentukan
tingkat dari berbagai bahan metabolik yang diketahui mempengaruhi jaringan otak
jika tidak ditemukan dalam jumlah besar atau kecil, misalnya hipeglekimia pada
neonatus prematur, penumpukan glikogen pada otot dan neuron, deposit lemak
dalam otak dan kadar fenilalanin yang tinggi.
Atau
dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:
- Lakukan pengkajian fisik.
- Lakukan pengkajian perkembangan.
- Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental dan gangguan herediter dimana retardasi mental adalah salah satu jenisnya yang utama
- Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya trauma prenatal, perinatal, pascanatal, atau cedera fisik.
- Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme, konsumsi obat.
- Nutrisi tidak adekuat.
- Penyimpangan lingkungan.
- Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).
- Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis, ensefalitis, campak) atau suhu tubuh tinggi.
- Abnormalitas kromosom.
- Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom, disfungsimetabolik, radiografi, tomografi, elektro ersafalografi.
- Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet, Wechsler Intellence, Scale, American Assiciation of Mental Retardation Adaptif Behavior Scale.
- Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental:
- Tidak responsive terhadap kontakàkontak mata buruk selama menyusui.
- Penurunan aktivitas spontan
- Penurunan kesadaran terhadap suara getaran
- Peka rangsang.
- Menyusui lambat.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1.
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
kerusakan fungsi kognitf.
2.
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak
yang menderita retardasi mental.
3.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelainan fs.
Kognitif
4.
Gangguan komunikasi verbal b.d kelainan fs, kognitif
5.
Risiko cedera b.d. perilaku agresif/ketidakseimbangan
mobilitas fisik
6.
Gangguan interaksi sosial b.d. kesulitan bicara /kesulitan
adaptasi sosial
7.
Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak RM
8.
Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas
fisik/kurangnya kematangan perkembangan
3.3
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
1: Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi
kognitf.
Hasil yang ingin dicapai:
·
Anak dan keluarga aktif
terlibat dalam program stimulai bayi.
·
Keluarga menerapkan
konsep-konsep dan melanjutkan aktivitas perawatan anak di rumah.
·
Anak melakukan
aktivitas hidup sehari-hari pada kapasitas optimal.
·
Keluarga mencari tahu
tentang program pendidikan.
Intervensi
keperawatan dan rasional.
1.
Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada
bayi
Rasional : untuk
membantu memaksimalkan perkembangan anak
2.
Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular,
buat catatan yang terperinci untuk membedakan perubahan fungsi samar
Rasional : agar rencana
perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan.
3.
Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak
Rasional : untuk
mendorong keberhasilan pencapaian sasaran dan harga diri.
4.
Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk
perilaku anak
Rasional : karena hal
ini dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran.
5.
Dorong untuk mempelajari ketrampilan perawatan diri segera
setelah anak mencapai kesiapan.
Rasional: untuk mengoptimalkan keterampilan perawatan diri
6.
Kuatkan aktivitas diri
Rasional: untuk menfasilitasi perkembangan yang optimal.
7.
Dorong keluarga untuk mencari tahu program khusus perawatan
sehari dan kelas-kelas pendidikan segera.
Rasional: agar keluarga tahu tentang program pendidikan yang
tepat
8.
Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama dengan
anak lain.
Rasional: agar anak tidak merasa dibedakan sehingga anak
percaya diri dan mau melakukan aktivitas hidup sehari-hari
pada kapasitas optimal.
9.
Sebelum remaja, berikan penyuluhan pada anak dan orang tua
tentang maturasi fisik, perilaku seksual, perkawinan dan keluarga.
Rasional: sehingga orangtua mampu memahami dahulu
sebab-sebab perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak.
10.
Dorong pelatihan optimal.
Rasional: agar anak dan keluarga
menjadi aktif terlibat dalam pelaksanaan program.
Diagnosa
2: Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
retardasi mental.
Hasil
yang diharapkan:
·
Keluarga
mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mengenai kelahiran anak dengan retardasi
mental dan impikasinya.
·
Anggota keluarga
membuat keputusan yang realistik berdasarkan kebutuhan dan kemampuan mereka.
·
Anggota keluarga
menunjukan penerimaan terhadap anak.
Intervensi
keperawatan / rasional.
1.
Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat
atau setelah kelahiran.
Rasional ; Agar
keluarga mampu menerima keadaan yang sesungguhnya.
2.
Ajak kedua orang tua untuk hadir pada konferensi pemberian
informasi.
Rasional : Agar orang
tua mendapatkan banyak informasi tentang retardasi mental.
3.
Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari
perawatan dirumah, beri kesempatan pada mereka untuk menyeldiki semua
alternatif residensial sebelum membuat keputusan.
Rasional : Agar mereka
dapat mengambil keputusan yang terbaik bagi mereka dan anaknya.
4.
Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang
mempunyai masalah yang sama sehingga mereka dapat menerima dukungan tambahan.
Rasional : sehingga
mereka dapat menerima dukungan tambahan.
5.
Tekankan karakteristik normal anak
Rasional: untuk membantu keluarga melihat anak sebagai
individu dengan kekuatan serta kelemahannya masing-masing.
6.
Dorong anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan dan
kekhawatiran Rasional: karena hal itu merupakan bagian dari proses adaptasi.
3.4 Evaluasi
1.
Pasien mencapai potensi
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
2.
Keluarga mampu menerima
keadaan yang anaknya yang retardasi mental.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan
fungsi mental atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya
mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan
ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur
dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan mental.
Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu /
manusia karena adanya faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang
ditimbulkan pada penderita retardasi mental umumnya rasa cemas, takut,
halusinasi serta delusi yang besar.
4.2 Saran
- Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan dirinya seperti memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan mengurangi kebiasaan buruk seperti: minum-minuman keras dan merokok.
- Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu melakukan langkah prepentif guna menanggulangi gangguan mental yang dapat membahayakan kesehatan anak dan remaja caranya yaitu dengan menggalakkan penyuluhan tentang retardasi mental kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Philips J. Prevention and Treatment
of Mental Retardation.3rd Ed.New York, London: Basic Books
Inc, 1966.
Noyes AP, Kolb LC, Modern Clinical
Psychiatry Philadelphia, London : W.B. Saunders Co, 1963; pp 275 – 292.
Freedman et al. Modern Synopsis of
Comprehensive Textbook of Psychiatry. Baltimore : The Williams & Wilkins
Co, 1972; pp 312 -329.
Coleman JC. Abnormal Psychology and
Modern Life,Bombay : D.B. Taraporevala Sons & Co Private Ltd, 1964; pp 519
– 536.
Prasadio T. Gangguan psikiatrik pada
anak-anak dengan Retardasi Mental. Disertasi, gelar doktor dalam Ilmu Kedokteran,
UNAIR, Surabaya. 1972.
Robinson HB et al. Mental
Retardation Advanced Child Psychiatry, New York: Literature Seminar 1974. Feb.
Menolascimo FJ. Emotional
Disturbances in Mentally Retardied Child. Advanced Child Psychiatry, New York :
Literature Seminar 1974 Feb
Potter HW. The needs of Mentally
Retarded Chidren for child Psychiatry services, Advanced Child Psychiatry. New
York Literature Seminar 1974 Feb.
George Tarjan, Keeran CV. An
overview of Mental Retardation, A Psychiatric Annals reprint, New York :
Insight communications Inc, 1974 Feb.
Valente M et al. Etiologic Factors
in Mental Retardation A Psychi- atric Annals reprint. New York : Insight
Communications, Inc, 1974 Feb.
Simmons JG et al. Treatment and care
of mentally retarded A Psychiatric Annals reprint.New York : Insight
Communications Inc,1974 Feb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar