Rabu, 28 Oktober 2015

Askep Anak dengan Retardasi Mental



ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS (RETARDASI MENTAL)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3% dari seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai IQ dibawah 70. Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya. Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil.
Hal inilah yang melatar belakangi kami untuk mengangkat masalah Retardasi mental dalam makalah kami.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan retardasi mental?
2.      Bagaimana klasifikasi, etiologi dan patofisiologi retardasi mental?
3.      Bagaimana manifestasi klinis dan kriteria diagnostik retardasi mental?
4.      Apa saja dan bagaimana pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan pada anak dengan retardasi mental?
5.      Apa komplikasi dan prognosis pada anak dengan retardasi mental
6.      Bagaimana cara pencegahan dan penanganan pada anak retardasi mental?
7.      Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental?






1.3    Tujuan Penulisan
1.3.1        Tujuan Umum
1.      Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai retardasi mental.
2.      Menjadikan masyarakat lebih mewaspadai dan menanggulangi adanya retardasi mental terhadap anak dan anggota keluarga mereka.
3.      Memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai penanggulangan dan pengobatan serta perawatan terhadap para penderita retardasi mental.

1.3.2        Tujuan Khusus
1.      Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa / mahasiswi tentang retardasi mental.
2.      Dapat melatih para mahasiswa / mahasiswi dalam pembuatan makalah.
3.      Mampu menjelaskan dan menerapkan Asuhan keperawatan pada anak retardasi mental.

1.4      Manfaat Penulisan 
1.      Dapat menjelaskan konsep Retardasi Mental
2.      Mengetahui dan memahami hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membantu anak dengan Retardasi Mental
3.      Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan yang tepat pada anak dengan kebutuhan khusus Retardasi Mental
4.      Mampu menerapakan asuhan keperawatan pada anak dengan kebutuhan khusus Retardasi Mental










BAB 2
KONSEP TEORI

2.1 Definisi Retardasi Mental
Terdapat berbagai definisi mengenai retardasi mental.
·         Menurut WHO (dikutip dari Menkes 1990), retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi.
·         Carter CH (dikutip) dari Toback C ), mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas keemampuan yang dianggap normal.
·         Menurut Crocker AC 1983, retadarsi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa perkembangan.
·         Sedangkan menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental bila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1.   Fungsi intelektual umum dibawah normal
2.   Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial
3.   Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun.

Fungsi intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan dan hasilnya dinyatakan sebagai suatu taraf  kecerdasan atau IQ (intelegence Quotient).
                                    IQ adalah MA / CA x 100 %
MA  = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil test
CA  = Chronological Age, umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir
Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal yaitu apabila IQ dibawah 70. Anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berpikirnya yang terlalu sederhana, daya tangkap dan daya ingatnya lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa dan hitungannya juga sangat lemah.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah kemampuan seeorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya. Pada penderita retardasi mental gangguan perilaku adaptif yang paling menonjol adalah kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakatsekitarnya. Biasanya  tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya.
Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur 18 tahun. Karena kalau gejala tersebut timbul setelah umur 18 tahun, bukan lagi disebut retardasi mental tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya.
Keterbelakangan Mental (Retardasi Mental, RM) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri (berpelilaku adaptif), yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun.
Orang-orang yang secara mental mengalami keterbelakangan, memiliki perkembangan kecerdasan (intelektual) yang lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam proses belajar serta adaptasi sosial. 3% dari jumlah penduduk mengalami keterbelakangan mental.

2.2 Klasifikasi Retardasi Mental
Rentang IQ bukanlah satu-satunya dasar bagi penegakan diagnosis, kelemahan dalam perilaku adaptif juga merupakan kriteria retardasi mental. Beberapa orang yang termasuk dalam kelompok retardasi ringan berdasarkan IQ mungkin tidak mengalami kelemahan perilaku adaptif sehingga tidak akan dianggap sebagai orang-orang yang mengalami retardasi mental. Pada kenyataanya, kriteria IQ biasanya diterapkan hanya setelah kelemahan dalam perilaku adaptif diidentifikasi. Berikut ini merupakan ringkasan karakteristik orang-orang yang masuk dalam masing-masing level retardasi mental (Robinson & Robinson, 1976)
Ø    Retardasi Mental Ringan (IQ 50-55 hingga 70).
Sekitar 85 persendari mereka yang memiliki IQ kurang dari 70 diklasifikasikandalam kelompok retardasi mental ringan. Mereka tidak selalu dapat dibedakan dari anak-anak normal sebelum mulai bersekolah. Di usia remaja akhir biasanya mereka dapat mempelajari keterampilan akademik yang kurang lebih sama dengan level kelas 6. Ketika dewasa mereka mampu melakukan pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan atau di balai karya di rumah penampungan, meskipun mereka mungkin membutuhkan bantuan dalam masalah sosial dan keuangan. Mereka bisa menikah dan mempunyai anak.


Ø    Retardasi Mental Sedang (IQ 35-40 hingga 50-55)
Sekitar 10 persen darimereka yang memiliki IQ kurang dari 70 diklasifikasikan dalam kelompokretardasi mental sedang. Kerusakan otak dan berbagai patologi lain sering terjadi.oranng-orang yang mengalami retardasi mental sedang dapat memiliki kelemahan fisik dan disfungsi neurologis yang menghambat keterampilan motorik yang normal, seperti memegang dan mewarnai di dalam garis, dan keterampilan motorik kasar, seperti berlari dan memanjat. Mereka mampu, dengan banyak bimbingan dan latihan, berpergian sendiri di daerah lokal yang tidk asing bagi mereka. Banyak yang tinggal di institusi penampungan, namun sebagian besar hidup bergantung bersama keluarga atau dalam rumah-rumah bersama yang disupervisi.

Ø    Retardasi Mental Berat (IQ 20-25 hingga 35-40)
Di antara mereka yang memiliki IQ kurang dari 70, sekitar 3 sampai 4 persen masuk dalam kelompok retardasi mental parah. Orang-orang tersebut umumnya memiliki abnormalitas fisik sejak lahir dan keterbatasan dalam pengendalian sensori motor. Sebagian besar dimasukkan dalam institusi penampungan dan membutuhkan bantuan dan supervisi terus-menerus. Orang dewasa yang mengalami retardasi mental parah dapat berperilaku ramah, namun biasanya hanya dapat berkomunikasi secara
singkat di level yang sangat konkret. Mereka hanya dapat melakukan sedikit aktivitas secara mandiri dan sering kali terlihat lesu karena kerusakan otak mereka yang parah menjadikan mereka relatif pasif dan kondisi kehidupan mereka hanya memberikan sedikit stimulasi.mereka mampu melakukan pekerjaan yang sangat sederhana dengan supervisi terus-menerus.

Ø    Retardasi Mental Sangat Berat (IQ di bawah 20-25)
Hanya 1 hingga 2 persen dari mereka yang mengalami retardasi mental yang masukdalam kelompok retardasi mental sangat berat, yang membutuhkan supervisi total dan sering kali harus diasuh sepanjang hidup mereka. Sebagian besar memiliki abnormalitas fisik berat serta kerusakan neurologis dan tidak dapat berjalan sendiri kemana pun. Tingkat kematian dimasa kanak-kanak pada orang-orang yang mengalami retardasi mental sangat berat sangat tinggi.

Bila ditinjau dari gejalanya maka dapat di bagi menjadi 2 yaitu :
1.      Tipe Klinik
Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisismaupun mentalnya cukup berat. Penyebabnya sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus-menerus dan kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun yang rendah. Orang tua dari anak yang menderita retardasi mental tipe klinik ini cepat mencaripertolongan oleh karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.

2.      Tipe Sosial Budaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam jam. Karenabegitumereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anak-anak normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Para orang tua dari anak tipe ini tidak dapat melihat adanya kelainan pada ananknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari para psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas.pada umumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan retardasi mental ringan.

2.3 Etiologi Retardasi Mental
Menurut Pedoman   Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Ke-1 (W.F. Maramis, 2005: 386-388) faktor-faktor penyebab retardasi mental adalah sebagai berikut.
a.       Infeksi dan atau intoksinasi
Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat buruk pada perkembangan janin, yaitu rusaknya jaringan otak. Begitu juga dengan terjadinya intoksinasi, jaringan otak juga dapat rusak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi mental.
Infeksi dapat terjadi karena masuknya rubella, sifilis, toksoplasma, dll. ke  dalam tubuah ibu yang sedang mengandung. Begitu pula halnya dengan intoksinasi, karena masuknya “racun” atau obat yang semestinya dibutuhkan.



b.      Terjadinya rudapaksa dan / atau sebab fisik lain
Rudapaksa sebelum lahir serta trauma lainnya, seperti hiper radiasi, alat kontrasepsi, dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan berupa retardasi mental.
Pada waktu proses kelahiran (perinatal) kepala bayi dapat mengalami tekanan sehingga timbul pendarahan di dalam otak. Mungkin juga karena terjadi kekurangan oksigen yang kemudian menyebabkan terjadinya degenerasi sel-sel korteks otak yang kelak mengakibatkan retardasi mental.
c.       Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme  (misalnya gangguan metabolism karbohidrat dan protein), gangguan pertumbuhan, dan gizi buruk termasuk dalam kelompok ini. Gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama sebelum anak berusia 4 tahun sangat mempengaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan seperti itu dapat diperbaiki dengan memberikan gizi yang mencukupi sebelum anak berusia 6 tahun, sesudah itu biarpun anak tersebut dibanjiri dengan makanan yang bergizi, inteligensi yang rendah tersebut sangat sukar untuk ditingkatkan.
d.      Penyakit otak yang nyata
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, yang dapat bersifat degeneratif, radang, dst. Penyakit otak yang terjadi sejak lahir atau bayi dapat menyebabkan penderita mengalamai keterbelakangan mental.
e.       Penyakit atau pengaruh prenatal
Keadaan ini dapat diketahui sudah ada sejak dalam kandungan, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomaly cranial primer dan defek congenital yang tak diketahui sebabnya.
f.        Kelainan kromosom
Kelainan kromosom mungkin terjadi pada aspek jumlah maupun bentuknya. Kelainan pada jumlah kromosom menyebabkan sindroma down yang dulu sering disebut mongoloid.



g.       Prematuritas
Retardasi mental yang termasuk ini termasuk retrdasi mental yang berhubungan dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa kehamilan kurang dari 38 minggu.
h.       Akibat gangguan jiwa yang berat
Retardasi mental juga dapat terjadi karena adanya gangguan jiwa yang berat pada masa kanak-kanak.
i.        Deprivasi psikososial
Devripasi artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Tidak terpenuhinya kebutuhan psikososial awal-awal perkembangan ternyata juga dapat menyebabkan terjadinya retardasi mental pada anak.

2.4 Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri , kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.










Pathway
 

2.5 Manifestasi Klinis
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelaianan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu :
1.      Kelainan pada mata :
a.       Katarak
§  Sindrom Cockayne
§  Sindrom Lowe
§  Galactosemia
§  Sindrom Down
§  Kretin
§  Rubella Pranatal, dll.
b.      Bintik cherry-merah pada daerah macula
§  Mukolipidosis
§  Penyakit Niemann-Pick
§  Penyakit Tay-Sach
c.       Korioretinitis
§  Lues congenital
§  Penyakit Sitomegalovirus
§  Rubella Pranatal
d.      Kornea keruh
§  Lues Congenital
§  Sindrom Hunter
§  Sindrom Hurler
§  Sindrom Lowe
2.      Kejang
a.       Kejang umum tonik klonik
§  Defisiensi glikogen sinthesa
§  Hipersilinemia
§  Hipoglikemia, terutama yang disertai glikogen storage disease I, III, IV, dan aaVI
§  Phenyl ketonuria
§  Sindrom malabsobrsi methionin, dll.
b.      Kejang pada masa neonatal
§  Arginosuccinic asiduria
§  Hiperammonemia I dan II
§  Laktik asidosis, dll.
3.      Kelainan kulit
a.       Bintik café-au-lait
§  Atakasia-telengiektasia
§  Sindrom bloom
§  Neurofibromatosis
§  Tuberous selerosis
4.      Kelainan rambut
a.       Rambut rontok
§  Familial laktik asidosis dengan Necrotizing ensefalopati
b.      Rambut cepat memutih
§  Atrofi progresif serebral hemisfer
§  Ataksia telangiektasia
§  Sindrom malabsorbsi methionin
c.       Rambut halus
§  Hipotiroid
§  Malnutrisi
5.      Kepala
a.       Mikrosefali
b.      Makrosefali
§  Hidrosefalus
§  Neuropolisakaridase
§  Efusi subdural
6.      Perawakan pendek
a.       Kretin
b.      Sindrom Prader-Willi
7.      Distonia
a.       Sindrom Hallervorden-Spaz

Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
1.      Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bias bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.

2.      Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan, pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan pengawasan.

3.      Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.

4.   Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya.

2.6 Kriteria Diagnostik
Fungsi intelektual yang secara signifikan berada dibawah rata-rata . IQ kira-kira 70 atau kurang (untuk bayi penilaian klinis dari fungsi fungsi intelektual dibawah rata2).
Kekurangan atau kerusakan fungsi adaptif yang terjadi bersamaan ( mis. efektifitas seseorang dalam memenuhi harapan kelompok budayanya terhadap orang seusianya) dalam sedikitnya dua area berikut : komunikasi, perawatan diri , kerumahtanggaan, ketrampilan sosial dan interpersonal, penggunaan sarana-sarana masyarakat pengarahan diri, ketrampilan akademik fungsional , bekerja, bersantai , kesehatan dan keamanan.
Awitan terjadi sebelum usia 18 tahun.
Kode dibuat berdasarkan tingkat keparahan yang tercermin dari kerusakan inteletual:
1.      Retardasi mental ringan ( Tingkat IQ 50-55 sampai kira-kira 70 )
2.      Retardasi mental Sedang ( Tingkat IQ 35-40 sampai 50-55 )
3.      Retardasi mental berat ( Tingkat IQ 20-35 sampai 35-45 )
4.      Retardasi mental yang amat sangat berat (Tingkat IQ dibawah 20-25)
5.      Retardasi mental dengan keperahan yang tidak disebutkan: jika terdapat dugaan kuat adanya retardasi mental tetapi emintelligence orang tsb tidak dapat diuji dengan test Standar.
2.7 Pemeriksaan  Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi mental, yaitu dengan:
1.      Kromosomal Kariotipe
·        Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
·        Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
·        Terdapat beberapa kelainan kongenital
·        Genetalia abnormal
2.      EEG ( Elektro Ensefalogram)
·        Gejala kejang yang dicurigai
·        Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3.      CT ( Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance Imaging)
·        Pembesaran kepala yang progresif
·        Tuberous sklerosis
·        Dicurigai kelainan otak yang luas
·        Kejang lokal
·        Dicurigai adanya tumor intrakranial
4.      Titer virus untuk infeksi kongenital
·        Kelainan pendengaran tipe sensorineural
·        Neonatal hepatosplenomegali
·        Petechie pada periode neonatal
·        Chorioretinitis
·        Mikroptalmia
·        Kalsifikasi intrakranial
·        Mikrosefali
5.      Serum asam urat ( uric acid serum)
·        Gout
·        Sering mengamuk
6.      Laktat dan piruvat darah
·        Asidosis metabolik
·        Kejang mioklonik

2.8 Penatalaksanaan
1.      Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri.
2.      Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi/gangguan hyperaktif.
3.      Antidepresan ( imipramin (Tofranil)
4.      Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )
5.      Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan yang merangsang pertumbuhan
6.      Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang hidup dalam kemiskinan dalam hal ini ;
·         perawatan prenatal
·         pengawasan kesehatan regular
·         pelayanan dukungan keluarga
2.9 Komplikasi
a.              Serebral palcy
b.              Gangguan kejang
c.              Gangguan kejiwaan
d.             Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e.              Defisit komunikasi
f.               Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan antikonvulsi, kurang mengkonsumsi makanan berserat dan cairan)
2.10 Prognosis
Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik. Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan dengan retardasi mental ringan dengan kesehatan yang baik tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.

2.11 Pencegahan
Karena penyembuhan dari retardasi mental ini boleh dikatakan tidak ada, sebab kerusakan dari sel-sel otak tidak mungkin fungsinya kembali normal,maka yang penting adalah pencegahan primer yaitu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit. Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat mengakibatkan retardasi mental, misalnya melalui imunisasi. Konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan, dan bersalin pada tenaga kesehatan yang berwenang, maka dapat membantu menurunkan angka kejadian retardasi mental. Demikian pula dengan mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan kerja, memberikan pendidikan yang baik, memperbaiki sanitasi lingkungan, meningkatkan gizi keluarga. Dengan adanya program BKB (Bina Keluarga Balita) yang merupakan stimulasi mental dini dan bisa dikembangkan juga deteksi dini, maka dapat mengoptimalkan perkembangan anak.
Pencegahan harus sedini mungin yang dimulai sejak dari bayi, yaitu dengan memberikan ASI. Bayi yang minum ASI jarang yang menjadi obesitas, karena komposisi ASI mempunyai mekanisme tersendiri dalam mengontrol berat badan bayi.

2.12 Penanganan
a.     Penanganan Residensial
Sejak tahun 1975, para individu yang mengalami retardasi mental berhak mendapatkan penanganan yang sesuai dalam lingkungan dengan batasan yang sangat minimal. Idealnya,orang-orang dewasa dengan retardasi mental sedang tinggal di tempat-tempat tinggal berukuran kecil hingga sedang yang menyerupai rumah yang berada ditengah masyarakat. Disediakan perawatan medis dan para supervisor petugas terlatih yang juga tinggal di bersama mereka memenuhi kebutuhan para penghuni selama 24 jam.
Banyak orang dewasa dengan retardasi mental ringan dapat memilih pekerjaan dan mampu hidup mandiri di apartemen mereka sendiri. Ada juga yang hidup semi mandiri di apartemen bersama 3 hingga orang dewasa lain yang juga mengalami retardasi mental dengan bantuan seorang konselor yang umumnya datang dimalam hari. Anak-anak yang mengalami retardasi mental berat dapat tinggal dirumah atau di rumah-rumah perawatan yang dilengkapi dengan layanan pendidikan dan psikologis. Hanya orang-orang yang mengalami retardasi mental berat dan sangat berat serta memiliki cacat fisik yang cenderung tetap tinggal di berbagai institusi mental.

b.     Intervensi Behavioral Berbasis Pengondisian Operant
Bila program semacam Head Start dapat membantu mencegah retardasi mental ringan pada anak-anak yang tidak beruntung, berbagai program lain yang terdahulu yang menggunakan teknik-teknik kognitif dan behavioral dikembangkan untuk meningkatkan tingkat fungsi para individu dengan retardasi berat.
Anak-anak dengan retardasi mental berat biasanya membutuhkan instruksi intensif agar mampu makan, menggunakan toilet, dan berpakaian sendiri. Untuk mengajarkan suatu rutinitas tertentu kepada anak-anak dengan retardasi berat, terapis biasanya memulai dengan menganalisis dan membagi perilaku yang menjadi target.
Prinsip-prinsip pengondisian operant kadang disebut analisis perilaku terapan, juga digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak pada tempatnya dan perilaku mencederai diri sendiri. Anak-anak yang mengalami retardasi mental berat dan sangat berat yang tinggal di berbagai institusi memiliki kecenderungan melakukan perilaku stereotip dalam sendirian-gerakan berulang, ritmik, menstimulasi diri, seperti bergoyang ke depan ke belakang, berayun, memutar kepala-dan melakukan agresi pada diri sendiri, pada anak-anak lain dan staf. Gerakan maladaptif dan tindakan mencederai diri sendiri tersebut sering kali dapat dikurangi dengan memberi penguat pada respons-respons ganti.







BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengakajian.
Pengakjian dapat dilakukan melalui:
1.      Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium, misalnya klasifikasi atau peningkatan tekanan intrakranial.
2.      Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma.
3.      Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental. Juga tidak mudah bagi orang tua untuk menerima pengambilan jaringan otak dalan jumlah kecil sekalipun karena dianggap menambah kerusakan otak yang memang tidak adekuat.
4.      Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik yang diketahui mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan dalam jumlah besar atau kecil, misalnya hipeglekimia pada neonatus prematur, penumpukan glikogen pada otot dan neuron, deposit lemak dalam otak dan kadar fenilalanin yang tinggi.
Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:
  1. Lakukan pengkajian fisik.
  2. Lakukan pengkajian perkembangan.
  3. Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental dan gangguan herediter dimana retardasi mental adalah salah satu jenisnya yang utama
  4. Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya trauma prenatal, perinatal, pascanatal, atau cedera fisik.
  5. Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme, konsumsi obat.
  6. Nutrisi tidak adekuat.
  7. Penyimpangan lingkungan.
  8. Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).
  9. Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis, ensefalitis, campak) atau suhu tubuh tinggi.
  10. Abnormalitas kromosom.
  11. Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom, disfungsimetabolik, radiografi, tomografi, elektro ersafalografi.
  12. Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet, Wechsler Intellence, Scale, American Assiciation of Mental Retardation Adaptif Behavior Scale.
  13. Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental:
  14. Tidak responsive terhadap kontakàkontak mata buruk selama menyusui.
  15.  Penurunan aktivitas spontan
  16. Penurunan kesadaran terhadap suara getaran
  17. Peka rangsang.
  18.  Menyusui lambat.

3.2 Diagnosa Keperawatan
1.            Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitf.
2.            Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi mental.
3.            Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelainan fs. Kognitif
4.            Gangguan komunikasi verbal b.d kelainan fs, kognitif
5.            Risiko cedera b.d. perilaku agresif/ketidakseimbangan mobilitas fisik
6.            Gangguan interaksi sosial b.d. kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosial
7.            Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak RM
8.            Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik/kurangnya kematangan perkembangan

3.3  Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1: Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitf.
Hasil yang ingin dicapai:
·         Anak dan keluarga aktif terlibat dalam program stimulai bayi.
·         Keluarga menerapkan konsep-konsep dan melanjutkan aktivitas perawatan anak di rumah.
·         Anak melakukan aktivitas hidup sehari-hari pada kapasitas optimal.
·         Keluarga mencari tahu tentang program pendidikan.
Intervensi keperawatan dan rasional.
1.                Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada bayi
Rasional : untuk membantu memaksimalkan perkembangan anak
2.                Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular, buat catatan yang terperinci untuk membedakan perubahan fungsi samar
Rasional : agar rencana perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan.
3.                Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak
Rasional : untuk mendorong keberhasilan pencapaian sasaran dan harga diri.
4.                Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk perilaku anak
Rasional : karena hal ini dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran.
5.                Dorong untuk mempelajari ketrampilan perawatan diri segera setelah anak mencapai kesiapan.
Rasional: untuk mengoptimalkan keterampilan perawatan diri
6.                Kuatkan aktivitas diri
Rasional: untuk menfasilitasi perkembangan yang optimal.
7.                Dorong keluarga untuk mencari tahu program khusus perawatan sehari dan kelas-kelas pendidikan segera.
Rasional: agar keluarga tahu tentang program pendidikan yang tepat
8.                Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama dengan anak lain.
Rasional: agar anak tidak merasa dibedakan sehingga anak percaya diri dan mau melakukan aktivitas hidup sehari-hari pada kapasitas optimal.
9.                Sebelum remaja, berikan penyuluhan pada anak dan orang tua tentang maturasi fisik, perilaku seksual, perkawinan dan keluarga.
Rasional: sehingga orangtua mampu memahami dahulu sebab-sebab perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak.
10.            Dorong pelatihan optimal.
Rasional: agar anak dan keluarga menjadi aktif terlibat dalam pelaksanaan program.

Diagnosa 2: Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi mental.
Hasil yang diharapkan:
·         Keluarga mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mengenai kelahiran anak dengan retardasi mental dan impikasinya.
·         Anggota keluarga membuat keputusan yang realistik berdasarkan kebutuhan dan kemampuan mereka.
·         Anggota keluarga menunjukan penerimaan terhadap anak.

Intervensi keperawatan / rasional.
1.            Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau setelah kelahiran.
Rasional ; Agar keluarga mampu menerima keadaan yang sesungguhnya.
2.            Ajak kedua orang tua untuk hadir pada konferensi pemberian informasi.
Rasional : Agar orang tua mendapatkan banyak informasi tentang retardasi mental.
3.            Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari perawatan dirumah, beri kesempatan pada mereka untuk menyeldiki semua alternatif residensial sebelum membuat keputusan.
Rasional : Agar mereka dapat mengambil keputusan yang terbaik bagi mereka dan anaknya.
4.            Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang mempunyai masalah yang sama sehingga mereka dapat menerima dukungan tambahan.
Rasional : sehingga mereka dapat menerima dukungan tambahan.
5.            Tekankan karakteristik normal anak
Rasional: untuk membantu keluarga melihat anak sebagai individu dengan kekuatan serta kelemahannya masing-masing.
6.            Dorong anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran Rasional: karena hal itu merupakan bagian dari proses adaptasi.

3.4  Evaluasi
1.      Pasien mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
2.      Keluarga mampu menerima keadaan yang anaknya yang retardasi mental.







BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan mental.
Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu / manusia karena adanya faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang ditimbulkan pada penderita retardasi mental umumnya rasa cemas, takut, halusinasi serta delusi yang besar.
4.2 Saran
  1. Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan dirinya seperti memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan mengurangi kebiasaan buruk seperti: minum-minuman keras dan merokok.
  2.  Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu melakukan langkah prepentif guna menanggulangi gangguan mental yang dapat membahayakan kesehatan anak dan remaja caranya yaitu dengan menggalakkan penyuluhan tentang retardasi mental kepada masyarakat.







DAFTAR PUSTAKA
Philips J. Prevention and Treatment of Mental Retardation.3rd Ed.New York, London:  Basic Books Inc, 1966.
Noyes AP, Kolb LC, Modern Clinical Psychiatry Philadelphia, London : W.B. Saunders Co, 1963; pp 275 – 292.
Freedman et al. Modern Synopsis of Comprehensive Textbook of Psychiatry. Baltimore : The Williams & Wilkins Co, 1972; pp 312 -329.
Coleman JC. Abnormal Psychology and Modern Life,Bombay : D.B. Taraporevala Sons & Co Private Ltd, 1964; pp 519 – 536.
Prasadio T. Gangguan psikiatrik pada anak-anak dengan Retardasi Mental. Disertasi, gelar doktor dalam Ilmu Kedokteran, UNAIR, Surabaya. 1972.
Robinson HB et al. Mental Retardation Advanced Child Psychiatry, New York: Literature Seminar 1974. Feb.
Menolascimo FJ. Emotional Disturbances in Mentally Retardied Child. Advanced Child Psychiatry, New York : Literature Seminar 1974 Feb
Potter HW. The needs of Mentally Retarded Chidren for child Psychiatry services, Advanced Child Psychiatry. New York Literature Seminar 1974 Feb.
George Tarjan, Keeran CV. An overview of Mental Retardation, A Psychiatric Annals reprint, New York : Insight communications Inc, 1974 Feb.
Valente M et al. Etiologic Factors in Mental Retardation A Psychi- atric Annals reprint. New York : Insight Communications, Inc, 1974 Feb.
Simmons JG et al. Treatment and care of mentally retarded A Psychiatric Annals reprint.New York : Insight Communications Inc,1974 Feb


Tidak ada komentar:

Posting Komentar