Rabu, 28 Oktober 2015

Askep Anak dengan Diare



“ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN PENYAKIT  DIARE”

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare  pada anak merupakan masalah kesehatan dengan angka kematian yang masih tinggi terutama pada anak umur 1-4 tahun. Masalah ini memerlukan penatalaksanaan yang tepat dan memadai. Secara umum penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan mengobati, dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat kerusakan mukosa usus, penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk memperoleh hasil yang baik maka pengobatan harus rasional. Sejak tahun 1992, secara umum, penyakit menular merupakan sebab dari 37,2% kematian, diantaranya 9,8% tuberkulosa, 9,2% infeksi saluran nafas dan 7,5% diare. Namun untuk kelompok usia 1 – 4 tahun, diare merupakan penyebab kematian terbanyak (23,2%) sedangkan urutan ke dua (18,2%) penyebab kematian karena infeksi saluran nafas. Dari data-data di atas menunjukan bahwa diare pada anak masih merupakan masalah yang memerlukan penanganan yang komprehensif dan rasional. Terapi yang rasional diharapkan akan memberikan hasil yang maksimal, efektif, efisien dan biaya yang memadai. Yang dimaksud terapi rasional adalah terapi yang: tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat penderita, dan waspada terhadap efek samping obat.


Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorpsi. Dan bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik. Beberapa cara penanganan dengan menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit, pencegahan dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dibeberapa penelitian. Namun secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah / menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian diare?
2. Bagaimana konsep penyakit diare pada anak?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada anak dengan penyakit diare ?

1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1   Tujuan Umum
Memahami dan mampu melakukan Asuhan Keperawatan anak dengan penyakit diare.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.      Mampu menjelaskan tentang konsep penyakit diare pada anak.
2.      Mampu mengkaji tanda dan gejala serta masalah yang sering terdapat pada anak sesuai dengan penyakitnya.
3.      Mampu menentukan perencanaan tindakan pada anak yang sesuai dengan masalah pada masing-masing penyakit.
4.      Mampu mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit diare.
5.      Untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata ajar keperawatan anak.

1.4    Manfaat Penulisan
1.      Mengetahui apa yang dimaksud Diare
2.      Dapat menjelaskan penyakit diare yang dialami anak
3.      Mampu menerapakan asuhan keperawatan penyakit diare pada anak sebagai upaya meningkatkan kualitas kesehatan.































BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi Diare
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. (Suriadi,Rita Yuliani,  2001).
Diare didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI Ditjen PPM dan PLP, 2002).
Diare merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi pada masa kanak-kanak, didefenisikan sebagai peningkatan dalam frekuensi, konsistensi, dan volume dari feces (Mc.Kinney, Emily Stone et al, 2000).
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

2.2 Jenis Diare
Ada beberapa jenis diare, yaitu:
1.      Diare cair akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering dan tanpa darah, mungkin disertai muntah dan panas. Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
2.      Disentri, yaitu diare yang disertai darah dengan atau tanpa lendir dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kerusakan mukosa usus karena bakteri invasif.
3.      Diare persisten, yaitu diare yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung lebih dari 14 hari. Episode ini dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
4.      Diare dengan masalah lain. Anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain seperti demam, gangguan gizi, atau penyakit lainnya. Tatalaksana penderita diare ini berdasarkan acuan baku diare dan tergantung juga pada penyakit yang menyertainya.
2.3 Etiologi Diare
Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi , malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis.
1.      Faktor infeksi
a.       Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi:
·         Infeksi bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Aeromonas, dll.
·         Infeksi Virus: Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astovirus, dll.
·         Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa (entamoeba histolitika, giardia lamblia), jamur (candida albicans).
·         Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti OMA, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dsb.
2.      Faktor malabsorpsi
a.    Malabsorpsi karbohidrat
b.    Malabsorpsi lemak
c.    Malabsorpsi protein
3.      Faktor makanan
Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (misal, sayuran), dan kurang matang.
4.      Faktor psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang, jika terjadi pada anak akan menyebabkan diare kronis.

2.4 Patofisiologi
Proses terjadinya Gastroenteritis/yang sering kita sebut dengan diare dapat disebabkan oleh berbagaikemungkinan faktor diantaranya:
1.        Faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganime (kuman)yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerahpermukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan danelektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkansystem transport aktif dalam usus halus, sel di dalam mukosa intestinalmengalami iritasi dan meningkatnya cairan dan elekrtolit.Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinalsehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitasintestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
2.        Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsiyang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadipergeseran air dan eletrolit ke ronga usus yang dapat meningkatkan isirongga usus sehingga terjadilah Gastroenteritis.
3.        Faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampudiserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus yangmengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yangkemudian menyebabkan Gastroenteritis.
4.        Faktor psikologi dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristalticusus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yangdapat mnyebabkan Gastroenteritis.

2.5 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:
1.      Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
2.      Suhu tubuh meninggi
3.      Feces encer, berlendir atau berdarah
4.      Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
5.      Anus lecet
6.      Muntah sebelum dan sesudah diare
7.      Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
8.      Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran mukosa kering.

2.6 Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi, seperti:
1.        Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, hipertonik)
2.        Renjatan hipovolemik
3.        Hipokalemia
4.        Hipoglikemia
5.        Intoleransi laktosa sekunder
6.        Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7.        Malnutrisi energi protein

2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1)      Laboratorium :
·         Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
·         Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
·         AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun)
·         Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2)      Radiologi : mungkin ditemukan bronchopneumonia

2.8  Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan mengobati dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat kerusakan mukosa usus, penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk memperoleh hasil yang baik pengobatan harus rasional.
2.8.1 Pemberian cairan pada diare dehidrasi murni
1.      Jenis cairan
a)    Cairan rehidrasi oral
·         Formula lengkap, mengandung NaCl, NaHCO3, KCl, dan Glukosa
·         Formula sederhana, hanya mengandung NaCl dan sukrosa atau karbohidrat lain.
b)    Cairan parenteral
2.      Jalan pemberian cairan
a)        Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum serta kesadaran baik.
b)        Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak tidak mau minum, atau kesadaran menurun.
c)        Intravena untuk dehidrasi berat.
3.      Jumlah cairan
Jumlah cairan yang hilang didasarkan pada berat badan dan usia anak
4.      Jadwal pemberian cairan
a)   Belum ada dehidrasi
·         Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar
·         Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
b)   Dehidrasi ringan
·         1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik
·         Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
c)    Dehidrasi sedang
·         1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik
·         Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
d)   Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak

2.8.2        Pengobatan dietetic
a.       Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan  berat badan kurang dari 7kg, jenis makanannya adalah:
·         Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam lemak tak  jenuh)
·         Makanan setengah padat (  bubur susu) atau makanan padat (nasi tim)
·         Susu khusus, sesuai indikasi kelainan yang ditemukan
b.      Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg. Jenis makanannya adalah makanan padat atau makanan cair/ susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah.

2.8.3        Obat - obatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atautanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau kar bohidrat lain(gula, air tajin, tepung beras, dll)
1.Obat antisekresi
2.Obat antispasmolitik
3.Obat pengeras tinja
4.Antibiotika, kapan perlu

2.8.4    Pencegahan
Pada umumnya, anak buang air besar sesering-seringnya 3 kali sehari dan sejarang-jarangnya sekali tiap 3 hari. Bentuk tinja tergantung pada kandungan air dalam tinja. Pada keadaan normal, tinja berbentuk seperti pisang. Dilihat dari kandungan airnya bentuk tinja bervariasi mulai dari “cair” (kadar airnya paling tinggi, biasanya terjadi pada diare akut), “lembek” (seperti bubur), “berbentuk” (tinja normal, seperti pisang), dan “keras” (kandungan air sedikit seperti pada keadaan sembelit). Pada bayi berusia 0-2 bulan, apalagi yang minum ASI, frekuensi buang air besarnya lebih sering lagi, yaitu bisa 8-10 kali sehari dengan tinja yang encer, berbuih dan berbau asam. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna.
Warna tinja yang normal adalah kuning kehijauan, tetapi dapat bervariasi tergantung makanan yang dikonsumsi anak. Yang perlu diperhatikan adalah bila tinja berwarna merah (mungkin darah) atau hitam (mungkin darah lama/beku) atau putih seperti dempul (pada penyakit hati).
2.8.5   Perawatan dirumah
Prinsip pengobatan diare
Penyakit diare dapat mengakibatkan kematian bila dehidrasi tidak diatasi dengan baik dan dapat mencetuskan gangguan pertumbuhan (kurang gizi) bila tidak diberikan terapi gizi yang adekuat. Sebagian besar diare pada anak akan sembuh sendiri (self limiting disease) asalkan dicegah terjadinya dehidrasi yang merupakan penyebab kematian. Oleh karena itu, prinsip pengobatan diare adalah:
·         Rehidrasi: mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut (minum) maupun melalui infus (pada kasus dehidrasi berat).
·         Pemberian makanan yang adekuat: jangan memuasakan anak, pemberian makanan seperti yang diberikan sebelum sakit harus dilanjutkan, termasuk pemberian ASI. Pada diare yang ringan tidak diperlukan penggantian susu formula.
Larutan Garam-Gula
Larutan Garam-Tajin
Bahan terdiri dari 1 sendok teh gula pasir, seperempat sendok teh garam dapur dan 1 gelas (200 ml) air matang.
Setelah diaduk rata pada sebuah gelas diperoleh larutan garam-gula yang siap digunakan.
Bahan terdiri dari 6 (enam) sendok makan munjung (100 gram) tepung beras, 1 (satu) sendok teh (5 gram) garam dapur, 2 (dua) liter air. Setelah dimasak hingga mendidih akan diperoleh larutan garam-tajin yang siap digunakan

















BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Diare
3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas Anak
Nama, umur, tempat/ tanggal lahir, alamat/ No telp, tingkat pendidikan dll.
3.1.2.  Riwayat Kesehatan Dahulu
-   Riwayat kelahiran ; Panjang Lahir, Berat Badan Lahir Rendah
-   Riwayat Nutrisi ; Mal Nutrisi, KEP, Pola Makan dan Minum, Tipe Susu Formula
-   Riwayat diare ; Berulang, Penyebab
-   Pola Pertumbuhan
-   Riwayat Otitis media dan atau infeksi lainnya
3.1.3. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Riwayat Diare : Frekuensi, Penyebab
- Riwayat Tinja : Jumlah, warna, bau, konsistensi, waktu BAB   
- Kaji Intake dan Output
3.1.4. Pengkajian Sistem
A. Pengkajian umum
1) Kesadaran
2) Tanda – tanda vital
Suhu tubuh :   pengukuran suhu melalui mulut (anak > 6 th)
                         Pengukuran axilla (<4 – 6 th)
Nadi : kuat, lemah, teratur/ tidak.
Nafas : kedalaman, irama, teratur/ tidak
TD : Sistolik/ diastolik, tekanan nadi
3) TB / BB
4) Lingkar kepala
5) Lingkar Dada
B. Pengkajian fisik
1) Kepala
Higiene kepala
Ubun-ubun cekung
2) Mata
Palpebra : cekung/ tidak
Konjungtiva : anemis/tidak
Sklera : ikterik/tidak
3) Hidung
Sianosis, epistaksis
4) Mulut
Membran mukosa : pink, kering
5) Telinga
Apakah ada infeksi/ tidak
6) Sistem kardiovaskuler
    Nadi apeks : irama teratur/ tidak
    Nadi perifer : irama teratur/ tidak
    Bunyi jantung : murni/ bising
    Kulit : pucat/ sianosis
7) Sistem pernapasan
 Frekuensi napas
 Bunyi napas : murni/ bising
 Kedalaman, Pola napas
8) Sistem persarafan
                   Tingkat kesadaran
                   Pola tingkah laku
                   Fungsi pergerakan : ketahanan, paralysis
                   Fungsi sensori : Rf fisiologis, Rf patologis
               9) Sistem musculoskeletal
                   Gaya berjalan
                   Persendian
                   Kesimetrisan
             10) Sistem pencernaan
                    Bising usus : ada/ tidak, frekuensi
                    Distensi abdomen : ada/tidak
                    Mual/ muntah
             11) Sistem eliminasi ( BAB dan BAK )
                    Frekuensi, konsistensi, bau, warna
3.1.5 Faktor Psikososial
           – Tahap perkembangan anak, kebiasaan di rumah
           – Metode koping orangtua dan anak
           – Interaksi orangtua dan anak
3.1.6 Pengkajian Keluarga
           – Jumlah anggota keluarga
           – Pola komunikasi
           – Pola interaksi
           – Pendidikan dan pekerjaan
           – Kebudayaan dan keyakinan
           – Fungsi keluarga
3.1.7. Pemeriksaan Laboratorium
          – Pemeriksaan tinja : makroskopis dan mikroskopis, pH, kadar gula
          – Keseimbangan asam basa dalam darah
          – Kadar ureum dan kreatinin ( mengetahui faal ginjal)
 - Elektrolit : Na, K, Ca, F, dalam serum (terutama diare yang disertai kejang)
 - Intubasi duodenum ( mengetahui jenis parasit)
3.2 Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare.
2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang
3.      Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare
4.      Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
5.      Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus.
6.      Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
3.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
·         Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,5c, RR : < 40 x/mnt )
·         Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
·         Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1.      Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Rasional : Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki deficit
2.      Pantau intake dan output
Rasional :  Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3.      Timbang berat badan setiap hari
Rasional :  Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt.
4.      Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
Rasional :  Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5.      Kolaborasi :
·         Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
Rasional : koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
·         Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
·         Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
Rasional : anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put

Tujuan  : setelah dilakukan  tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil  :
·         Nafsu makan meningkat
·         BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1)      Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
Rasional : Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.
2)      Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau  yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
Rasional : situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3)      Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
Rasional :  Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4)      Monitor  intake dan out put dalam 24 jam
Rasional :  Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5)      Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a.      terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b.      obat-obatan atau vitamin ( A)
Rasional : Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan

Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare

Tujuan        :  Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh

Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)

Intervensi :
1)      Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2)      Berikan kompres hangat
Rasional : merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
3)      Kolaborasi pemberian antipirektik
Rasional : Merangsang pusat pengatur panas di otak
Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan   peningkatan frekwensi BAB (diare)

Tujuan  : setelah dilakukan tindaka keperawatan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu

Kriteria hasil :
·         Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
·         Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar

Intervensi :
1)        Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
Rasional : Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2)        Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Rasional :  Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces
3)        Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
Rasional : Melancarkan vaskularisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan iritasi.

Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

Tujuan      : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi

Kriteria hasil :  Mau menerima  tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel

Intervensi :
1)        Libatkan keluarga dalam melakukan  tindakan perawatan
Rasional : Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2)        Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
Rasional : mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3)        Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
Rasional : menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya
4)        Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
Rasional : Kasih sayang serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan rasa aman pada klien.
5)            Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak

3.4 Implementasi
Pada pelaksanaan asuhan keperawatan hampir semua tindakan yang telah direncanakan di laksanakan. Tindakan yang tidak dilaksanakan karena anak telah menunjukkan perubahan yang baik sehingga tidak memerlukan tindakan diagnostik langsung tetapi berupa edukatif kepada keluarga.

3.5 Evaluasi
Kegiatan yang dilaksanakan dalamevaluasi keperawatan yakni mengevaluasi setiap tindakan yang dilaksanakan

















BAB 4
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Berdasarkan makalah ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
Diare adalah suatu kondisi dimana terjadi perubahan dalm kepadatan dan karakter tinja, tinja yang dikeluarkan lebih dari tiga kali sehari. Ada tiga jenis diare yaitu: diare cair akut, disentri dan diare yang menetap. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara menggunakan air bersih, memasak air sampai mendidih dan membuang tinja dengan benar.
Diare merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di Indonesia. Penanganan diare sangat ditekankan pada pemeliharaan dan penggantian kehilangan cairan dan elektrolit yang akan menyebabkan berbagai macam komplikasi yang dapat berujung pada kematian.

4.2  Saran
1.            Biasakanlah  untuk selalu hidup sehat agar kita tidak terkena  diare.
2.            Tingkatkan kesehatan baik individu maupun lingkungan, agar tidak terserang penyakit.
3.            Masaklah air minum sampai mendidih
4.            Cucilah tangan sebelum dan sesudah makan
5.            Buang Air Besar(BAB) dan Buang Air Kecil(BAK) di kakus(WC)










DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (2000). Buku Ajar Diare. Jakarta: Depkes RI Ditjen PPM dan PLP.

Doenges,ME, et all. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed.3. Jakarta:EGC.

M.C.Widjaya. (2002). Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka

Subijanto.M.S, et all. (2003). Manajemen Diare pada Bayi dan Anak. Jurnal hal 506. Buletin IKA. Surabaya: Bagian IKA FK Unair/ RSUD dr. Soetomo Surabaya bekerja sama dengan Yayasan Penyelenggara Informasi Pediatri.

Staf Pengajar IKA FK UI. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta: Bagian IKA FK UI.

Suriadi, S.Kp.,Rita Yuliani,S.Kp., (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Ed.1. Jakarta: P.T. Fajar Intrapratama.

Tin Afifah, Srimawar Djaja, Joko Irianto. (2003). Kecendrungan Penyakit Penyebab Kematian Bayi dan Anak Balita di Indonesia 1992-2001 dalam Buletin Penelitian Kesehatan. Vol 31. No2. Jakarta: Depkes RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta.

Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC. Jakarta.

Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta

1 komentar: