“ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA
ANAK DENGAN PENYAKIT DIARE”
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Diare pada anak merupakan masalah kesehatan dengan angka
kematian yang masih tinggi terutama pada anak umur 1-4 tahun. Masalah ini
memerlukan penatalaksanaan yang tepat dan memadai. Secara umum penatalaksanaan
diare akut ditujukan untuk mencegah dan mengobati, dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat kerusakan mukosa usus, penyebab
diare yang spesifik, gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk
memperoleh hasil yang baik maka pengobatan harus rasional. Sejak tahun 1992, secara umum,
penyakit menular merupakan sebab dari 37,2% kematian, diantaranya 9,8%
tuberkulosa, 9,2% infeksi saluran nafas dan 7,5% diare. Namun untuk kelompok
usia 1 – 4 tahun, diare merupakan penyebab kematian terbanyak (23,2%)
sedangkan urutan ke dua (18,2%) penyebab kematian karena infeksi saluran nafas. Dari data-data di atas menunjukan bahwa
diare pada anak masih merupakan masalah yang memerlukan penanganan yang
komprehensif dan rasional. Terapi yang rasional diharapkan akan memberikan
hasil yang maksimal, efektif, efisien dan biaya yang memadai. Yang dimaksud
terapi rasional adalah terapi yang: tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis,
tepat penderita, dan waspada terhadap efek samping obat.
Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi.
Banyak dampak yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain:
pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi
cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit
dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel,
penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan
keadaan maldigesti dan malabsorpsi. Dan bila tidak
mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Beberapa cara penanganan dengan menggunakan antibiotika yang spesifik dan
antiparasit, pencegahan dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak
diungkap dibeberapa penelitian. Namun secara
umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah / menanggulangi
dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan
terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan
menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian diare?
2.
Bagaimana konsep penyakit diare pada anak?
2.
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada anak dengan penyakit diare ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan
Umum
Memahami dan mampu melakukan Asuhan
Keperawatan anak dengan penyakit diare.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan tentang konsep
penyakit diare pada anak.
2. Mampu mengkaji tanda dan gejala
serta masalah yang sering terdapat pada anak sesuai dengan penyakitnya.
3. Mampu menentukan perencanaan
tindakan pada anak yang sesuai dengan masalah pada masing-masing penyakit.
4. Mampu
mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit diare.
5. Untuk
memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata ajar keperawatan anak.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Mengetahui
apa yang dimaksud Diare
2. Dapat
menjelaskan penyakit
diare yang dialami anak
3. Mampu
menerapakan asuhan keperawatan penyakit diare pada anak sebagai
upaya meningkatkan kualitas kesehatan.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi Diare
Diare adalah kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih
buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. (Suriadi,Rita
Yuliani, 2001).
Diare didefinisikan sebagai buang air besar
lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering
dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI Ditjen PPM dan PLP,
2002).
Diare merupakan salah satu penyakit yang
paling banyak terjadi pada masa kanak-kanak, didefenisikan sebagai peningkatan
dalam frekuensi, konsistensi, dan volume dari feces (Mc.Kinney, Emily Stone et
al, 2000).
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi,
buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau
lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
2.2 Jenis
Diare
Ada beberapa jenis diare, yaitu:
1.
Diare cair akut, yaitu diare
yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari) dengan
pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering dan tanpa darah, mungkin
disertai muntah dan panas. Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan
dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
2.
Disentri, yaitu diare yang
disertai darah dengan atau tanpa lendir dalam tinjanya. Akibat disentri adalah
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kerusakan mukosa usus karena
bakteri invasif.
3.
Diare persisten, yaitu diare
yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung lebih dari 14 hari. Episode ini
dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri. Akibat diare persisten adalah
penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
4.
Diare dengan masalah lain. Anak
yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai dengan
penyakit lain seperti demam, gangguan gizi, atau penyakit lainnya. Tatalaksana
penderita diare ini berdasarkan acuan baku diare dan tergantung juga pada
penyakit yang menyertainya.
2.3
Etiologi Diare
Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi , malabsorpsi (gangguan
penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis.
1.
Faktor infeksi
a.
Infeksi enteral, yaitu infeksi
saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi
enteral ini meliputi:
·
Infeksi bakteri: Vibrio,
E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Aeromonas, dll.
·
Infeksi Virus: Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astovirus, dll.
·
Infeksi parasit: Cacing (Ascaris,
Trichiuris, Oxyuris), Protozoa (entamoeba histolitika, giardia lamblia),
jamur (candida albicans).
·
Infeksi parenteral yaitu
infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti OMA,
tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dsb.
2.
Faktor malabsorpsi
a.
Malabsorpsi karbohidrat
b.
Malabsorpsi lemak
c.
Malabsorpsi protein
3.
Faktor makanan
Makanan
yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu
banyak lemak, mentah (misal, sayuran), dan kurang matang.
4.
Faktor psikologis
Rasa
takut, cemas dan tegang, jika terjadi pada anak akan menyebabkan diare kronis.
2.4 Patofisiologi
Proses terjadinya Gastroenteritis/yang sering kita sebut dengan
diare dapat disebabkan oleh berbagaikemungkinan faktor diantaranya:
1.
Faktor infeksi, proses ini
dapat diawali adanya mikroorganime (kuman)yang masuk ke dalam saluran
pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang
dapat menurunkan daerahpermukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas
usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan
danelektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkansystem
transport aktif dalam usus halus, sel di dalam mukosa intestinalmengalami
iritasi dan meningkatnya cairan dan elekrtolit.Mikroorganisme yang masuk akan
merusak sel mukosa intestinalsehingga menurunkan area permukaan intestinal,
perubahan kapasitasintestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan
elektrolit.
2.
Faktor malabsorbsi merupakan
kegagalan dalam melakukan absorbsiyang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat
sehingga terjadipergeseran air dan eletrolit ke ronga usus yang dapat
meningkatkan isirongga usus sehingga terjadilah Gastroenteritis.
3.
Faktor makanan ini dapat
terjadi apabila toksin yang ada tidak mampudiserap dengan baik. Sehingga
terjadi peningkatan peristaltic usus yangmengakibatkan penurunan kesempatan
untuk menyerap makanan yangkemudian menyebabkan Gastroenteritis.
4.
Faktor psikologi dapat
mempengaruhi terjadinya peningkatan peristalticusus yang akhirnya mempengaruhi
proses penyerapan makanan yangdapat mnyebabkan Gastroenteritis.
2.5 Manifestasi
Klinis
Tanda
dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:
1.
Bayi atau anak menjadi cengeng
dan gelisah
2.
Suhu tubuh meninggi
3.
Feces encer, berlendir atau
berdarah
4.
Warna feces kehijauan akibat
bercampur dengan cairan empedu
5.
Anus lecet
6.
Muntah sebelum dan sesudah
diare
7.
Gangguan gizi akibat intake
makanan kurang
8.
Terdapat tanda dan gejala
dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun besar cekung, membran mukosa kering.
2.6 Komplikasi
Sebagai
akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai
macam komplikasi, seperti:
1.
Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, hipertonik)
2.
Renjatan hipovolemik
3.
Hipokalemia
4.
Hipoglikemia
5.
Intoleransi laktosa sekunder
6.
Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7.
Malnutrisi energi protein
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorium :
·
Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
·
Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
·
AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2
meningkat, HCO3 menurun)
·
Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopneumonia
2.8 Penatalaksanaan
Secara
umum penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan mengobati
dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat kerusakan
mukosa usus, penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi serta mengobati
penyakit penyerta. Untuk memperoleh hasil yang baik pengobatan harus rasional.
2.8.1 Pemberian cairan pada diare dehidrasi murni
1. Jenis cairan
a) Cairan
rehidrasi oral
·
Formula lengkap, mengandung NaCl, NaHCO3, KCl,
dan Glukosa
·
Formula sederhana, hanya mengandung NaCl dan sukrosa atau
karbohidrat lain.
b) Cairan
parenteral
2. Jalan pemberian cairan
a)
Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi
dan bila anak mau minum serta kesadaran baik.
b)
Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa
dehidrasi, tetapi anak tidak mau minum, atau kesadaran menurun.
c)
Intravena untuk dehidrasi berat.
3. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang hilang didasarkan
pada berat badan dan usia anak
4. Jadwal pemberian cairan
a) Belum ada dehidrasi
·
Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar
·
Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
b) Dehidrasi ringan
·
1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik
·
Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
c) Dehidrasi sedang
·
1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik
·
Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
d) Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan
pada umur dan BB anak
2.8.2
Pengobatan
dietetic
a. Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak
di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7kg, jenis makanannya
adalah:
·
Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung rendah
laktosa dan asam lemak tak jenuh)
·
Makanan setengah padat ( bubur susu) atau makanan
padat (nasi tim)
·
Susu khusus, sesuai indikasi kelainan yang ditemukan
b. Untuk anak di atas 1 tahun dengan
berat badan lebih dari 7 kg. Jenis makanannya adalah makanan padat atau makanan
cair/ susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah.
2.8.3
Obat -
obatan
Prinsip pengobatan diare adalah
menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atautanpa muntah, dengan
cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau kar bohidrat lain(gula,
air tajin, tepung beras, dll)
1.Obat antisekresi
2.Obat antispasmolitik
3.Obat pengeras tinja
4.Antibiotika, kapan perlu
2.8.4 Pencegahan
Pada
umumnya, anak buang air besar sesering-seringnya 3 kali sehari dan
sejarang-jarangnya sekali tiap 3 hari. Bentuk tinja tergantung pada kandungan
air dalam tinja. Pada keadaan normal, tinja berbentuk seperti pisang. Dilihat
dari kandungan airnya bentuk tinja bervariasi mulai dari “cair” (kadar airnya
paling tinggi, biasanya terjadi pada diare akut), “lembek” (seperti bubur),
“berbentuk” (tinja normal, seperti pisang), dan “keras” (kandungan air sedikit
seperti pada keadaan sembelit). Pada bayi berusia 0-2 bulan, apalagi yang minum
ASI, frekuensi buang air besarnya lebih sering lagi, yaitu bisa 8-10 kali
sehari dengan tinja yang encer, berbuih dan berbau asam. Selama berat badan
bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan
intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran
cerna.
Warna tinja yang normal adalah
kuning kehijauan, tetapi dapat bervariasi tergantung makanan yang dikonsumsi
anak. Yang perlu diperhatikan adalah bila tinja berwarna merah (mungkin darah)
atau hitam (mungkin darah lama/beku) atau putih seperti dempul (pada penyakit
hati).
2.8.5 Perawatan
dirumah
Prinsip pengobatan diare
Penyakit diare dapat mengakibatkan
kematian bila dehidrasi tidak diatasi dengan baik dan dapat mencetuskan
gangguan pertumbuhan (kurang gizi) bila tidak diberikan terapi gizi yang
adekuat. Sebagian besar diare pada anak akan sembuh sendiri (self limiting
disease) asalkan dicegah terjadinya dehidrasi yang merupakan penyebab
kematian. Oleh karena itu, prinsip pengobatan diare adalah:
·
Rehidrasi: mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut
(minum) maupun melalui infus (pada kasus dehidrasi berat).
·
Pemberian makanan yang adekuat: jangan memuasakan anak,
pemberian makanan seperti yang diberikan sebelum sakit harus dilanjutkan,
termasuk pemberian ASI. Pada diare yang ringan tidak diperlukan penggantian
susu formula.
Larutan Garam-Gula
|
Larutan Garam-Tajin
|
Bahan terdiri dari 1 sendok teh
gula pasir, seperempat sendok teh garam dapur dan 1 gelas (200 ml) air
matang.
Setelah diaduk rata pada sebuah gelas diperoleh larutan
garam-gula yang siap digunakan.
|
Bahan terdiri dari 6 (enam) sendok
makan munjung (100 gram) tepung beras, 1 (satu) sendok teh (5 gram) garam
dapur, 2 (dua) liter air. Setelah dimasak hingga mendidih akan diperoleh
larutan garam-tajin yang siap digunakan
|
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Diare
3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas Anak
Nama, umur, tempat/ tanggal
lahir, alamat/ No telp, tingkat pendidikan dll.
3.1.2. Riwayat
Kesehatan Dahulu
- Riwayat kelahiran ;
Panjang Lahir, Berat Badan Lahir Rendah
- Riwayat Nutrisi ;
Mal Nutrisi, KEP, Pola Makan dan Minum, Tipe Susu Formula
- Riwayat diare ;
Berulang, Penyebab
- Pola Pertumbuhan
- Riwayat Otitis
media dan atau infeksi lainnya
3.1.3. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Riwayat Diare : Frekuensi,
Penyebab
- Riwayat Tinja : Jumlah, warna,
bau, konsistensi, waktu BAB
- Kaji Intake dan Output
3.1.4. Pengkajian Sistem
A. Pengkajian umum
1) Kesadaran
2) Tanda – tanda vital
Suhu tubuh :
pengukuran suhu melalui mulut (anak > 6 th)
Pengukuran axilla (<4 – 6 th)
Nadi : kuat, lemah, teratur/
tidak.
Nafas : kedalaman, irama,
teratur/ tidak
TD : Sistolik/ diastolik, tekanan
nadi
3) TB / BB
4) Lingkar kepala
5) Lingkar Dada
B. Pengkajian fisik
1) Kepala
Higiene kepala
Ubun-ubun cekung
2) Mata
Palpebra : cekung/ tidak
Konjungtiva : anemis/tidak
Sklera : ikterik/tidak
3) Hidung
Sianosis, epistaksis
4) Mulut
Membran mukosa : pink, kering
5) Telinga
Apakah ada infeksi/ tidak
6) Sistem kardiovaskuler
Nadi apeks :
irama teratur/ tidak
Nadi perifer
: irama teratur/ tidak
Bunyi
jantung : murni/ bising
Kulit :
pucat/ sianosis
7) Sistem pernapasan
Frekuensi napas
Bunyi napas : murni/ bising
Kedalaman, Pola napas
8) Sistem persarafan
Tingkat
kesadaranPola tingkah laku
Fungsi pergerakan : ketahanan, paralysis
Fungsi sensori : Rf fisiologis, Rf patologis
9) Sistem musculoskeletal
Gaya berjalan
Persendian
Kesimetrisan
10) Sistem pencernaan
Bising usus : ada/ tidak, frekuensi
Distensi abdomen : ada/tidak
Mual/ muntah
11) Sistem eliminasi ( BAB dan BAK )
Frekuensi, konsistensi, bau, warna
3.1.5 Faktor Psikososial
– Tahap perkembangan anak, kebiasaan di rumah
– Metode koping orangtua dan anak
– Interaksi orangtua dan anak
3.1.6 Pengkajian Keluarga
– Jumlah anggota keluarga
– Pola komunikasi
– Pola interaksi
– Pendidikan dan pekerjaan
– Kebudayaan dan keyakinan
– Fungsi keluarga
3.1.7. Pemeriksaan Laboratorium
– Pemeriksaan tinja : makroskopis dan mikroskopis, pH, kadar gula
– Keseimbangan asam basa dalam darah
– Kadar ureum dan kreatinin ( mengetahui faal ginjal)
- Elektrolit : Na, K, Ca, F, dalam serum
(terutama diare yang disertai kejang)
- Intubasi duodenum ( mengetahui jenis
parasit)
3.2 Diagnosa Keperawatan
1.
Gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare.
2.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake
yang kurang
3.
Resiko peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare
4.
Resiko gangguan integritas
kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
5.
Resiko tinggi gangguan tumbuh
kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus.
6.
Kecemasan anak berhubungan
dengan tindakan invasive
3.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap
diare
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
·
Tanda vital dalam batas normal
(N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
·
Turgor elastik , membran mukosa
bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
·
Konsistensi BAB lembek,
frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1.
Pantau tanda dan gejala
kekurangan cairan dan elektrolit
Rasional : Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa
dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera
untuk memperbaiki deficit
2.
Pantau intake dan output
Rasional : Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus
membuat keluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3.
Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama
dengan kehilangan cairan 1 lt.
4.
Anjurkan keluarga untuk memberi
minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5.
Kolaborasi :
·
Pemeriksaan laboratorium serum
elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
Rasional : koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui
faal ginjal (kompensasi).
·
Cairan parenteral ( IV line )
sesuai dengan umur
Rasional : Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
·
Obat-obatan : (antisekresin,
antispasmolitik, antibiotik)
Rasional : anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar
simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti
bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan : setelah
dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi
terpenuhi
Kriteria hasil :
·
Nafsu makan meningkat
·
BB meningkat atau normal sesuai
umur
Intervensi :
1)
Diskusikan dan jelaskan tentang
pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau
dingin)
Rasional : Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan sluran usus.
2)
Ciptakan lingkungan yang
bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam
keadaan hangat
Rasional : situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3)
Berikan jam istirahat (tidur)
serta kurangi kegiatan yang berlebihan
Rasional : Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4)
Monitor intake dan out
put dalam 24 jam
Rasional : Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5)
Kolaborasi dengan tim kesehtaan
lain :
a. terapi
gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b.
obat-obatan atau vitamin ( A)
Rasional : Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan
: Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi
peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam
batas normal ( 36-37,5 C)
Tidak
terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
1)
Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
Rasional : Deteksi
dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2)
Berikan kompres hangat
Rasional : merangsang
pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
3)
Kolaborasi pemberian
antipirektik
Rasional : Merangsang
pusat pengatur panas di otak
Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan
dengan peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan : setelah
dilakukan tindaka keperawatan selama di rumah sakit integritas kulit tidak
terganggu
Kriteria hasil :
·
Tidak terjadi iritasi :
kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
·
Keluarga mampu mendemontrasikan
perawatan perianal dengan baik dan benar
Intervensi :
1)
Diskusikan dan jelaskan
pentingnya menjaga tempat tidur
Rasional : Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2)
Demontrasikan serta libatkan
keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Rasional : Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh
karena kelebaban dan keasaman feces
3)
Atur posisi tidur atau duduk
dengan selang waktu 2-3 jam
Rasional : Melancarkan vaskularisasi, mengurangi penekanan yang lama
sehingga tak terjadi iskemi dan iritasi.
Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu
beradaptasi
Kriteria hasil : Mau
menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel
Intervensi :
1)
Libatkan keluarga dalam
melakukan tindakan perawatan
Rasional : Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2)
Hindari persepsi yang salah
pada perawat dan RS
Rasional : mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3)
Berikan pujian jika klien mau
diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
Rasional : menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya
4)
Lakukan kontak sesering mungkin
dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
Rasional : Kasih sayang serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan rasa
aman pada klien.
5)
Berikan mainan sebagai rangsang
sensori anak
3.4 Implementasi
Pada
pelaksanaan asuhan keperawatan hampir semua tindakan yang telah direncanakan di
laksanakan. Tindakan yang tidak dilaksanakan karena anak telah menunjukkan
perubahan yang baik sehingga tidak memerlukan tindakan diagnostik langsung
tetapi berupa edukatif kepada keluarga.
3.5 Evaluasi
Kegiatan
yang dilaksanakan dalamevaluasi keperawatan yakni mengevaluasi setiap tindakan
yang dilaksanakan
BAB 4
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan
makalah ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
Diare adalah suatu kondisi dimana terjadi perubahan dalm kepadatan
dan karakter tinja, tinja yang dikeluarkan lebih dari tiga kali sehari. Ada
tiga jenis diare yaitu: diare cair akut, disentri dan diare yang menetap.
Pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara menggunakan air bersih, memasak air
sampai mendidih dan membuang tinja dengan benar.
Diare merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di
Indonesia. Penanganan diare sangat ditekankan pada pemeliharaan dan penggantian
kehilangan cairan dan elektrolit yang akan menyebabkan berbagai macam
komplikasi yang dapat berujung pada kematian.
4.2
Saran
1.
Biasakanlah untuk selalu hidup sehat agar kita tidak
terkena diare.
2.
Tingkatkan kesehatan baik individu maupun lingkungan, agar
tidak terserang penyakit.
3.
Masaklah air minum sampai mendidih
4.
Cucilah tangan sebelum dan sesudah makan
5.
Buang Air Besar(BAB) dan Buang Air Kecil(BAK) di kakus(WC)
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan
RI. (2000). Buku Ajar Diare. Jakarta: Depkes RI Ditjen PPM dan PLP.
Doenges,ME, et all.
(1999). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed.3. Jakarta:EGC.
M.C.Widjaya. (2002).
Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka
Subijanto.M.S, et
all. (2003). Manajemen Diare pada Bayi dan Anak. Jurnal hal 506. Buletin
IKA. Surabaya: Bagian IKA FK Unair/ RSUD dr. Soetomo Surabaya bekerja sama
dengan Yayasan Penyelenggara Informasi Pediatri.
Staf Pengajar IKA FK
UI. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta: Bagian IKA FK UI.
Suriadi, S.Kp.,Rita
Yuliani,S.Kp., (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Ed.1. Jakarta: P.T.
Fajar Intrapratama.
Tin Afifah, Srimawar
Djaja, Joko Irianto. (2003). Kecendrungan Penyakit Penyebab Kematian Bayi
dan Anak Balita di Indonesia 1992-2001 dalam Buletin Penelitian Kesehatan. Vol
31. No2. Jakarta: Depkes RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Bates. B,
1995. Pemeriksaan Fisik &
Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta.
Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed
6. EGC. Jakarta.
Lab/ UPF IKA,
1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi
. RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan
Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta
terima kasih atas infonya
BalasHapusMakalah Manajemen Keperawatan Controling