PATOGENESIS KARSINOMA COLON
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kolon
(termasuk rectum) merupakan tempat keganasan tersering dari saluran cerna.
Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibandingkan kanker
rectal. Kanker kolon merupakan penyebab ketiga dari semua kematian akibat
kanker di Amerika Serikat,baik pada pria maupun wanita. Ini adalah penyakit
budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal
didiagnosis dinegara ini setiap tahunnya. Insidennya meningkat sesuai dengan
usia, kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun. Dari berbagai
laporan diketahui bahwa kanker kolon dan rektum ini tetap masuk dalam 10 kanker
terbanyak berdasarkan data dari patolgi anatomi.
Kanker ini jarang ditemukan di bawah usia 40 tahun. Kedua kelamin
terserang sama seringnya, walaupun kanker kolon lebih sering pada wanita,
sedangkan lesi pada rektum lebih sering pada pria. Distribusi tempat kanker
pada bagian – bagian kolon adalah
sebagai berikut: Asendens 25%, Transversal 10%, Desendens 15%, Sigmoid 20 %, Rectum 30 %. Namun
pada tahun – tahun terakhir, ditemukan
adanya pergeseran mencolok pada distribusinya. Insidens kanker pada sigmoid
& area rectal telah menurun, sedangkan insidens pada kolon asendens dan
desendens meningkat. Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira – kira setengah dari jumlah tersebut meninggal
setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan
dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah 5
tahun adalah 40– 50 %, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan
orang asimptomatis dalam jangka waktu yang lama dan mencari bantuan kesehatan
hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan
rectal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Karsinoma Colon?
2. Bagaimana etologi dan klasifikasi Karsinoma
Colon?
3. Bagaimana patogenesis Karsinoma Colon?
4. Apa saja tanda dan gejala Karsinoma Colon?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dan
penunjangnya serta pencegahan dari Karsinoma Colon?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang hal – hal apa saja yang
perlu dipahami mengenai karsinoma kolon (kanker usus besar) dan memberikan gambaran yang
jelas mengenai penyakit karsinoma kolon (kanker usus besar), serta lain-lain yang bisa berdampak
positif bagi penulis dan para pembaca yang utamanya ditujukan untuk para mahasiswa keperawatan.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Mahasiswa
mampu mengetahui dan memahami definisi Karsinoma Colon
2.
Mahasiswa
mampu mengetahui dan memahami etologi dan klasifikasi Karsinoma Colon
3.
Mahasiswa
mampu mengetahui dan memahami patogenesis Karsinoma Colon
4.
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tanda dan gejala Karsinoma Colon
5.
Mahasiswa
mampu mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik dan penunjangnya serta pencegahan dari Karsinoma
Colon.
1.4 Manfaat Penulisan
1.
Dapat
menambah wawasan pembaca mengenai hal apa saja yang perlu dipahami mengenai karsinoma colon (kanker usus besar)
2.
Dapat
mengetahui gambaran
yang jelas mengenai patogenesis karsinoma colon (kanker usus besar)
3.
Mampu mengetahui penerapan dalam
pencegahan karsinoma colon (kanker usus besar) khususnya pada mahasiswa
keperawatan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Karsinoma Colon
Karsinoma Colon sering disebut juga dengan kanker
kolon (usus besar). Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan
pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang
jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).
Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan
mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya.
Usus besar adalah bagian dari sistem pencernaan.
Sebagaimana kita ketahui sistem pencernaan dimulai dari mulut, lalu
kerongkongan (esofagus), lambung, usus halus (duodenum, yeyunum, ileum), usus
besar (kolon), rektum dan berakhir di dubur. Usus besar terdiri dari kolon dan
rektum. Kolon atau usus besar adalah bagian usus sesudah usus halus, terdiri
dari kolon sebelah kanan (kolon asenden), kolon sebelah tengah atas (kolon
transversum) dan kolon sebelah kiri (kolon desenden). Setelah kolon, barulah
rektum yang merupakan saluran di atas dubur. Bagian kolon yang berhubungan
dengan usus halus disebut caecum, sedangkan bagian kolon yang berhubungan
dengan rektum disebut kolon sigmoid. Berikut adalah anatomi secara jelasnya:
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa
abnormal/neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial dari colon. Kanker
kolon/usus besar ini merupakan tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam
permukaan usus besar atau rektum.
Kanker kolon sebagaimana sifat
kanker lainnya, memiliki sifat dapat tumbuh dengan relatif cepat, dapat
menyusup atau mengakar (infiltrasi) ke jaringan disekitarnya serta merusaknya,
dapat menyebar jauh melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah ke
organ yang jauh dari tempat asalnya tumbuh, seperti ke lever, paru-paru, yang pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan baik.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat
ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).
2.2 Etiologi Karsinoma Colon
Terdapat
empat etiologi utama kanker yaitu
1. Kelainan kolon
a. Adenoma di
kolon :Degenerasi
maligna menjadi adenokarsinoma.
b. Familial
poliposis :Polip di usus
mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma.
Pada golongan ini
penderita pasti akan menderita karsinoma (100%)
c. Kondisi
ulserative :Mereka yang
telah menderita colitis ulserativa menahun (50%) apalagi dideritanya sejak usia
muda
d. Mereka yang
telah diobati untuk karsinoma kolon.
e. Mereka dengan uretero sigmoidestomi
(8%)
2. Genetik
Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai
frekuensi 3 ½ kali lebih banyak daripada anak – anak yang orangtuanya sehat
3. Diet
Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat
(sayur-sayuran buah-buahan) seperti makanan yang sering dikonsumsi oleh orang
eropa dan amerika, kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein
hewani. Sebaliknya makanan orang afrika dan asia mengandung sedikit lemak dan
banyak dietary fibre.
Lemak dalam kolon-rektum dipecah oleh bakteri
dan menghasilkan beberapa asam empedu yang merupakan ko-karsinogen atau
promotor dalam proses karsinogenesis, berarti membantu mempercepat timbulnya
karsinoma. Selain itu makanan dengan sedikit dietary fibre, akan lebih lama
berada dalam saluran cerna sebelum dikeluarkan dari badan sebagai tinja. Ini
disebut transit-time atau waktu transit yang panjang. Dengan demikian, kontak
kedua asam empedu dengan mukosa kolon rectum berlangsung lama. Sebaliknya
makanan dengan banyak dietary fibre membuat tinja lunak dan lebih volumineus,
sehingga transit pendek. Ini berarti kontak zat-zat yang merangsang mukosa
adalah pendek. Dan dietary fibre juga menyerap kedua empedu tersebut selain
menyerap air, sehingga konsentrasi asam empedu yang dapat merangsang menjadi
rendah. Dengan kata lain dietary fibre dapat melindungi dan mencegah timbulnya
karsinoma atau mengurangi kemungkinan timbulnya karsinoma.
Makanan yang juga dapat memicu terjadinya Karsinoma Colon
Makanan-makanan yang pasti di curigai mengandung
zat-zat kimia yang menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga
mengurangi waktu peredaran pada perut, yang
mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak
terutama lemak hewan dari daging merah, menyebabkan
sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus
besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia
yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat
dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar.
Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak hewan dan
tinggi sayuran dan buah-buahan.
Makanan yang
harus dihindari :
1. Daging merah
2. Lemak hewan
3. Makanan berlemak
4. Daging dan ikan goreng atau panggang
5. Karbohidrat yang disaring (example: sari yang
disaring)
Makanan yang
harus dikonsumsi:
1.
Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous
Vegetable dari golongan
kubis (seperti: brokoli, brussels
sprouts )
2. Butir padi
yang utuh
3. Cairan yang
cukup terutama air
Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan
adenoma, faktor utama
yang membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type
adenoma Colon : tubular, villous dan
tubulo villous ( akan di bahas pada polips ). Meskipun
hampir besar kanker Colon berasal dari adenoma, hanya 5%
dari semua adenoma Colon menjadi manigna,villous adenoma mempunyai potensial
tinggi untuk menjadi manigna.
Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak
diketahui poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen
autosom dominan. Ini di karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada
colon dan rektum. Resiko dari
kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia
20 – 30 tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis
atau penyakit Crohn’s juga mempunyai resiko terhadap kanker Colon. Penambahan
resiko pada permulaan usia muda dan tingkat yang lebih tinggi terhadap
keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan menjadi 2/3 kali lebih besar
jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut.
2.3 Klasifikasi Karsinoma Colon
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut:
A : kanker hanya terbatas pada
mukosa dan belum ada metastasis.
B1 : kanker telah menginfiltrasi
lapisan muskularis mukosa.
B2 : kanker telah menembus lapisan
muskularis sampai lapisaN propria.
C1 : kanker telah mengadakan
metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai empat buah.
C2 : kanker telah mengadakan
metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah.
D : kanker telah
mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan
penyebaran yang luas
& tidak dapat dioperasi lagi.
Klasifikai kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N =
kelenjar getah bening regional, M =jarak metastese).
T Tumor primer
TO Tidak ada tumor
TI Invasi hingga mukosa atau sub
mukosa
T2 Invasi ke dinding otot
T3 Tumor menembus dinding otot
N Kelenjar limfa
N0 Tidak ada metastase
N1 Metastasis ke kelenjar regional
unilateral
N2 Metastasis ke kelenjar regional
bilateral
N3 Metastasis multipel ekstensif ke
kelenjar regional
M Metastasis jauh
MO Tidak ada metastasis jauh
MI Ada metastasis jauh
Stadium
kanker kolon
Terdapat beberapa macam klasifikasi staging Dukes pada kanker kolon
a. Stadium 1 :
Kanker terjadi di dalam dinding kolon
b. Stadium 2 :
Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon
c. Stadium 3 : Kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa
d. Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke organ-organ lain
2.4 Patogenesis
Karsinoma Colon
|
|
1. 26 % pada
caecum dan ascending colon
2. 10 % pada transfersum colon
3. 15 % pada desending colon
4. 20 % pada sigmoid colon
5. 30 % pada rectum
Karsinoma Colon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip.
Biasanya tumor ini tumbuh tidak terditeksi sampai gejala-gejala muncul secara
berlahan dan tampak membahayakan. Penyakit ini
menyebar dalam beberapa metode. Tumor
mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut, mencapai
serosa dan mesenterik fat.
Tumor dapat menyebar melalui :
1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan,
seperti ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar
limfe perikolon dan mesokolon.
3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati
karena kolon mengalirkan darah balik ke sistem portal.
Kemudian tumor mulai melekat pada
organ yang ada disekitarnya, kemudian
meluas kedalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi.
Sistem sirkulasi ini langsung masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah
pada usus besar melalui limpa, setelah sel
tumor masuk pada sistem sirkulasi, biasanya sel
bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tempat yang jauh kemudian metastase
ke paru-paru. Tempat metastase yang lain termasuk Kelenjar Adrenalin, Ginjal,
Kulit, Tulang Otak.
Penambahan untuk infeksi secara langsung dan
menyebar melalui limpa dan sistem sirkulasi, tumor colon
juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan tumor belum
dilakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan sel kanker dari
tumor pecah menuju ke rongga peritonial.
Berikut adalah gambar
penderita Karsinoma Colon:
2.5 Tanda dan Gejala Karsinoma Colon
Mula-mula gejalanya tidak jelas, seperti berat badan
menurun (sebagai gejala umum keganasan) dan kelelahan yang tidak
jelas sebabnya. Setelah berlangsung beberapa waktu barulah muncul gejala-gejala
lain yang berhubungan dengan keberadaan tumor dalam ukuran yang bermakna di
usus besar. Makin dekat lokasi tumor dengan anus biasanya gejalanya makin
banyak. Bila kita berbicara tentang gejala tumor usus besar, gejala tersebut
terbagi tiga, yaitu gejala lokal, gejala umum, dan gejala penyebaran
(metastasis).
1. Gejala Lokal
a. Perubahan
kebiasaan buang air
1) Perubahan
frekuensi buang air, berkurang (konstipasi) atau bertambah (diare)
2) Sensasi seperti belum selesai buang air,
(masih ingin tapi sudah tidak bisa keluar) dan perubahan diameter
serta ukuran kotoran (feses). Keduanya adalah ciri khas dari
kanker kolorektal
3) Perubahan wujud fisik kotoran/feses
a) Feses bercampur darah atau keluar
darah dari lubang pembuangan saat buang air besar
b) Feses bercampur lendir
c) Feses berwarna kehitaman, biasanya
berhubungan dengan terjadinya perdarahan di saluran pencernaan bagian atas
b. Timbul rasa nyeri disertai mual dan muntah
saat buang air besar, terjadi akibat sumbatan saluran pembuangan kotoran oleh
massa tumor
c. Adanya
benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh penderita
d. Timbul
gejala-gejala lainnya di sekitar lokasi tumor, karena kanker dapat tumbuh
mengenai organ dan jaringan sekitar tumor tersebut, seperti kandung kemih
(timbul darah pada air seni, timbul gelembung udara, dll), vagina (keputihan yang
berbau, muncul lendir berlebihan, dll). Gejala-gejala ini terjadi belakangan,
menunjukkan semakin besar tumor dan semakin luas penyebarannya
2. Gejala umum
a. Berat badan turun tanpa sebab yang
jelas (ini adalah gejala yang paling umum di semua jenis
keganasan)
b. Hilangnya nafsu makan
c. Anemia, pasien tampak pucat
d. Sering merasa lelah
e. Kadang-kadang mengalami sensasi seperti
melayang
3. Gejala
penyebaran
Penyebaran
ke Hati, menimbulkan gejala :
a. Penderita
tampak kuning
b. Nyeri pada perut,
lebih sering pada bagian kanan atas, di sekitar lokasi hati
c. Pembesaran
hati, biasa tampak pada pemeriksaan fisik oleh dokter
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Anamnesis
Anamnesis yang cermat sering sudah dapat menentukan diagnosis. Yang
harus ditanyakan adalah perubahan pola defekasi, frekuensi, dan konsistensi
tinja.
Dalam anamnesis tentang nyeri perut, perlu dibedakan antara nyeri kolik dan
nyeri menetap, serta hubungannya dengan makan atau dengan defekasi. Perlu pula
ditanyakan warna tinja, terang atau gelap, bercampur lendir atau bercampur
darah, dan warna darah segar atau tidak. Juga harus ditanyakan ada rasa puas
atau tidak setelah defekasi, bagaimana nafsu makan, adakah penurunan berat
badan, dan rasa lelah. Gejala dan
tanda yang sering ditemukan pada kelainan kolon ialah dispepsia, hematokesia,
anemia, benjolan, dan obstruksi karena radang atau keganasan.
2. Pemeriksaan
Fisik
Pada pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosisnya dilakukan serangkaian
pemeriksaan berupa inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Tidak semua
organ dpat diperiksa dengan cara ini. Jenis pemeriksaan dipilih sesuai dengan
kelainan yang diperkirakan berdasarkan anamnesis atau diplih menurut informasi
yang diinginkan.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Anemia dapat dibuktikan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit.
Pemeriksaan bensidin untuk darah samar bukan pemeriksaan yang khas, tetapi
memberi petunjuk adanya perdarahan didalam saluran cerna. Pemeriksaan fungsi
hati sering memberi keterangan yang cukup berguna. Perlu disadari bahwa hasil
laboratorium tidak memberikan gambaran yang khas tentang kelainan tertentu di
kolon atau rectum.
4. Pemeriksaan
Radiologik
Foto kolon dilakukan dengan kontras barium yang dimasukkan melalui rektum.
Dengan memasukkan udara setelah defekasi bubur barium ini, akan tampak lapisan
tipis bubur barium pada mukosa kolon lebih mudah dilihat. Pemeriksaan ini
disebut foto kontras ganda , yaitu kontras negatif udara dan kontras positif
bubur barium. Sayangnya, pada foto kolon ini kelainan rektum dibagian dua
pertiga distal tidak dapat dinilai.
a. Proktoskopi
Pemeriksaan kolon dubur dapat disusul dengan proktoskopi (tindakan meriksa
endoskopik/melihat dalam) dengan cara dan alat yang sederhana ini dapat dilihat
kelainan pada anus, kanalisanalis, dan bagian distal rektum
b. Rektosigmoidoskopi
Rektosigmoidoskop adalah pipa kaku sepanjang 25-30cm. Dengan alat ini,
rektum dan sikmoid dapat dilihat setelah usus dibersihkan secara mekanis.
Pemeriksaan dengan alat yang kaku ini kadang menemui kesulitan pada sudut
rektosigmoid. Pada setiap kelainan yang terlihat harus dilakukan biopsimultiple
untuk pemeriksaan patologi.
c. Kolonoskopi
Pada kolonoskopi dipakai fiberskop lentur untuk melihat dinding kolon dari
dalam lumen sampai ileum terminalis. Dengan alat ini dapat dilihat seluruh
kolon, termasuk yang tidak terlihat pada foto kolon. Fiberskop juga dapat
dipakai untuk biopsi setiap jaringan yang mencurigakan, evaluasi, dan tindakan
terapi misalnya polipektomi.
2.7 Komplikasi
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran
langsung.
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon
yang menyebabkan hemorragi.
4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6. Pembentukan
abses
7. Pembentukan fistula pada urinari bladder
atau vagina.
Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan
sekitarnya yang menyebabkan pendarahan. Tumor tumbuh
kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada
akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin
menekan pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder dan ureter )
dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.
2.8 Pencegahan Karsinoma
Colon.
1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang
air besar dan menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu,
dan besi dalam usus besar.
2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan
betakarotin.
4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah
dan teratur untuk buang air besar.
6. Hidup rileks dan kurangi stress.
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Penataksanaan Medis
Bila sudah pasti menderita karsinoma kolon,
maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut :
1. Pembedahan
(Operasi)
Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang
diketahui lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin semua
sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga
menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut.
- Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus
pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
- Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan
tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)
- Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanastomosis lanjut dari kolostomi (
memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan usus sebelum reseksi)
- Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang
tidak dapat direseksi)
Pembedahan Reseksi, satu-satunya pengobatan definitif
adalah pembedahan reseksi dan biasanya
diambil sebanyak mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5 cm di sebelah
distal dan proksimal dari tempat kanker.
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang
dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen
(perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.
Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah. Untuk tindakan dekompresi usus pada
kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai anus setelah tindakan operasi yang
membuang rektum karena adanya tumor atau penyakit lain. Untuk membuang isi usus
besar sebelum dilakukan tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan kembali usus
(sebagai stoma sementara).
Jenis-Jenis Kolostomi
Jenis-Jenis Kolostomi
A. Jenis
kolostomi berdasarkan sifatnya:
a. Sementara
Indikasi
untuk kolostomi sementara :
1).
Hirschprung disease
2).
Luka tusuk atau luka tembak
3).
Atresia ani letak tinggi
4). Untuk
mempertahankan kelangsungan anastomosis distal usus setelah tindakan operasi
(mengistirahatkan usus).
5). Untuk memperbaiki fungsi usus dan kondisi umum sebelum
dilakukan tindakan operasi anastomosis.
b.
Permanen
Indikasi
untuk kolostomi permanen :
Penyakit
tumor ganas pada kolon yang tidak memungkinkan tindakan operasi
reseksi-anastomosis usus.
B.
Jenis
kolostomi berdasarkan tekhnik pembuatan :
a.
Single
Barreled Colostomy
b.
Double
Barreled Colostomy
c.
Loop
Colostomy
Perawatan Pasca Operasi Kolostomi
1)
Keseimbangan
cairan dan elektrolit.
Asenden colostomy atau colostomy
yang diikuti dengan reseksi mungkin faecesnya cair diperlukan menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit.
2)
Perawatan
kulit.
Jika ada iritasi kulit harus dikaji
secara tepat guna sehingga tindakan yang diambil tepat. Prinsip pencegahan kulit sekitar
stoma :
a.
Pencegahan
primer bertujuan untuk proteksi : Bersihkan dengan perlahan- lahan, gunakan
skin barier, ganti segera kantong bila terjadi kebocoran / rembes atau penuh.
b.
Pencegahan
sekunder / penanganan kulit yang sudah terjadi kerusakan. Kulit dengan eritema
: ganti kantong kolostomi setiap 24 jam, bersihkan ku1it dengan air hangat
pakai kapas dan keringkan, gunakan kantong kolostomi yang tidak menimbulkan
alergi ku1it yang erosi, sama dengan eritema tetapi setelah dibersihkan olesi
daerah erosi dengan zalf misalnya zinksalf.
2. Penyinaran
(Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya
sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi
tumor, merusak genetic sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel
yang pembelahan dirinya cepat, antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding
lambung & usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan
kulit dan kehilangan nafsu makan.
3. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke dalam
sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat
chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada
umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek
yang lebih bagus.
2.9.2
Penatalaksanaan Keperawatan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan
kenyamanan.
3. Mempertahankan
fungsi fisiologis optimal.
4. Mencegah komplikasi.
5. Memberikan
informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan.
2.9.3
Penatalaksanaan Diet
1. Cukup mengkonsumsi serat, seperti
sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air
besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di
usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun
yang memicu sel kanker.
2. Kacang-kacangan (lima porsi setiap
hari)
3. Menghindari makanan yang
mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging
hewan.
4. Menghindari makanan yang
diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen
/ sel kanker.
5. Menghindari minuman
beralkohol dan rokok yang berlebihan.
2.10 Pemeriksaan penunjang
1. Endoskopi
Pemeriksaan
endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma
atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan
diagnosis perlu dilakukan biopsi.
2. Radiologi
Pemeriksaan
radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah : foto dada dan foto kolon
(barium enema).
Pemeriksaan
dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan
mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan
pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang
kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara
umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
Computer Tomografi (CT) membantu
memperjelas adanya massa dan luas dari penyakit. Chest X-ray dan liver scan
mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.
Pemeriksaan
foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker pada paru
juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat
dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu striktura.
3. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan
ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker kelenjar getah
bening di abdomen dan di hati.
4. Histopatologi
Selain
melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa tempat untuk
pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis. Gambaran histopatologi
karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi
sel.
5. Laboratorium
Tidak ada
petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian setiap pasien
yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang
biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan
karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa
digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan
titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan
buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis
terhadap shigella dan juga amoeba.
6. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium)
dan ultrasound
Dilakukan
untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada
pengobatan.
7. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum)
Dilakukan
untuk diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan
melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.
8. Jumlah darah lengkap dengan
diferensial dan trombosit
Dapat
menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah putih:
trombosit meningkat atau berkurang.
9. Sinar X dada
Menyelidiki
penyakit paru metastatik atau primer.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karsinoma
Colon atau kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak
sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon. kanker kolon ini termasuk penyakit
yang berbahaya di dunia karena dapat menyebabkan kematian apabila tidak segera
di tangani dengan cepat
mengenali gejala dan melakukan pemeriksaan diagnostik
adalah cara untuk mengetahui apakah kita terserang kanker kolon atau tidak, dengan
demikian kita dapat segera melakukan tindakan pengobatan apabila kita memang di
nyatakan terserang kanker kolon
3.2 Saran
Untuk mencegah terjangkitnya
kanker kolon maka sebaiknya kita:
1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang
air besar dan menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu,
dan besi dalam usus besar,
2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu,
3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin,
4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus,
5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah
dan teratur untuk buang air besar,
6. Hidup rileks dan kurangi stress,
7. Kenalilah gejala-gejala kanker
kolon dan lakukan pemeriksaan diagnostik sedini mungkin untuk mencegah
terjangkitnya kanker kolon.
DAFTAR PUSTAKA
Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3.
EGC. Jakarta.
R. Sjamsuhidayat, Wim de jong. 2004. Buku Ajar
Ilmu Bedah, ed 2. EGC. Jakarta.
Sudoyo W.Aru dkk.2006.Bukur Ajar Penyakit Dalam,
Jilid 1.Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta
Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3.
EGC, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar